TEMPO.CO, Jakarta - Sejumlah ekonom memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2019 bakal berada di bawah angka 5 persen. Perkiraan ini didasarkan sejumlah faktor seperti melebarnya defisit neraca dagang dan masih terdampak harga komoditas yang belum membaik.
Direktur Riset Center of Reform on Economics (Core) Piter Abdullah Redjalam memperkirakan pada triwulan III 2019 ekonomi Indonesia akan tumbuh di sekitar antara 4,95 sampai 5,25 persen. Dia memperkiraka laju pertumbuhan tak akan berada di bawah angka 4,9 persen.
"Kalau di Core, kami perkirakan pertumbuhan ekonomi akan ada pada kisaran 5 persen, antara 4,95 persen sampai 5,25 persen. Tapi memang most likely ada kemungkinan di bawah 5, tapi ngga sampai 4,9 persen, tapi sedikit di atas itu," kata Piter dalam acara Economy Outlook 2020 oleh Bank BCA, di Menara BCA, Jakarta Pusat, Jumat 18 Oktober 2019.
Menurut Piter, perkiraan pertumbuhan ini masih didasarkan kondisi perekonomian yang ditopang oleh tingkat konsumsi yang masih kuat. Selain itu, laju masuknya dana asing lewat investasi dipandang juga masih tinggi sampai akhir tahun. Dua hal inilah yang diharapkan bisa ikut menompang pertumbuhan ekonomi.
Meski pertumbuhan bakal berada di bawah 5 persen, Piter memproyeksikan pada triwulan IV ekonomi akan tumbuh lebih tinggi dari triwulan sebelumnya. Sebab, pada bulan-bulan mendatang ekonomi masih akan ditopang oleh sejumlah konsumsi akibat libur panjang, hari natal dan juga tahun baru.
Sementara itu, Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi Masyarakat (LPEM) Universitas Indonesia Febrio Kacaribu memperkirakan pada triwulan III 2019 pertumbuhan ekonomi diperkirakan ada di angka 4,9 persen. Sedangkan sepanjang tahun pertumbuhan ekonomi berada pada angka 5 persen.
"Angka ini kami lihat berdasarkan tren, dan ini memang tren lagi berat gara-gara pertumbuhan. Salah satunya mengenai investasi yang masih di bawah ekspektasi," kata Febrio dalam acara yang sama.
Menurut Febrio, pertumbuhan investasi yang tadinya diperkirakan bisa menembus angka 6-6,5 persen nyatanya tak tercapai. Pertumbuhan investasi tercatat hanya berada di bawah angka 6 persen. Kondisi pertumbuhan ini lah yang membuat perkiraan pertumbuhan ekonomi pada triwulan III di bawah 5 persen.
Selain itu, perkiraan pertumbuhan ekonomi di bawah 5 persen juga karena masih adanya tekanan akibat harga komoditas yang masih fluktuatif. Misalnya, adalah komoditas sawit, batu bara dan kedelai yang masih terus menukik tajam. Belum lagi ini diperparah dengan kondisi perang dagang yang belum reda.