TEMPO.CO, Bandung - Sejumlah komitmen investasi diteken di sela gelaran West Jawa Investment Summit (WIJS) yang diselenggarakan pemerintah provinsi Jawa Barat dan Kantor Wilayah Bank Indonesia (BI) Jawa Barat di Bandung, Jumat, 18 Oktober 2019.
“Alhamdulillah hari ini ada MOU antara pihak-pihak yang melakukan project di Jawa Barat, ada 23 tanda-tangan MOU, ada project anouncement juga,” kata Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil, Jumat, 18 Oktober 2019.
Total nilai investasi yang dibukukan dalam seluruh proyek tersebut menembus Rp 53,8 triliun atau setara US$ 3,8 miliar. Jumlah lapangan kerja yang mengikuti investasi itu sekitar 30 ribu lapangan pekerjaan.
Ridwan mengatakan, sebagian besar komitmen tersebut merupakan hasil kunjungannya ke sejumlah negara dalam setahun terakhir ini. Di antaranya kunjungan ke Inggris.
Dia mengatakan, peluang menjaring investasi terbuka. Pelambatan ekonomi global membawa pengaruh di antaranya sejumlah investor memindahkan investasinya. Salah satunya pergeseran investasi dari Cina yang sebagian besar masuk ke negara-negara ASEAN.
“Jawa Barat sedang mengambil kesempatan terjadinya relokasi industri dari Tiongkok ke Asean. Misalkan perusahaan-perusahaan di Tiongkok ada 709 ribu, hampir setengahnya ingin pindah ke Asia Tengah. Kuncinya, mau ke mana mereka. Kebanyakan ke Vietnam,” kata dia.
Ridwan mengatakan, investasi dibutuhkan menggerakkan perekonomian yang ujungnya mendongkrak PDRB Jawa Barat. Even WJIS tersebut sengaja digelar untuk menarik investasi. Investor sejumlah negara hadir di forum tersebut diantaranya dari Finlandia, Inggris, Belgia, Afrika, serta negara Asean.
Dia optimis target realisasi investasi tahun ini tercapai. Dia menepis isu pelambatan. “Realisasi investasi sampai Juni 2019 itu sudah Rp 68 triliun. Targetnya akhir tahun sekitar Rp 120 triliun. Jadi saya tidak bicara per hari ini, bulan Oktober. Kita lihat di awal Januari untuk membuktikan target tercapai atau tidak,” kata dia.
Sebagian besar komitmen proyek yang diteken di WJIS tersebut diklaimnya sudah mengantungi perizinan. “Kalau disebut realisasi katakan itu, karena sebagian besar sudah memperoleh proses izin,” kata dia.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Provinsi Jawa Barat, Doni P Joewono mengatakan, pelambatan perekonomian global tengah melanda dunia, dan di Indonesia, Jawa Barat yang paling terkena dampaknya. “Industri manufaktur itu 42 persen dari total sektor yang ada di Jawa Barat. Oleh karena itu kita harus mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru,” kata dia.
Doni mengatakan, ekspor Jawa Barat juga pertumbuhannya cenderung negatif. “Ekspor kita cenderung negatif, bukan investasinya. Padahal 99 persen industri manufaktur di ekspor. Kalau mengandalkan ekspor, akan membuat pertumbuhan ekonomi Jawa Barat tidak akan tumbuh,” kata dia.
AHMAD FIKRI