TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia (BI) Suhaedi mengatakan bahwa bank sentral memiliki visi dalam lima tahun ke depan kegiatan ekonomi syariah bisa tembus 50 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Angka tersebut terjadi tidak hanya untuk industri halal tetapi juga pembiayaan syariah.
"Kegiatan ekonomi itu halal industri begitu juga dengan pembiayaannya ekonomi. Lebih kaffah kalau pembiayaannya juga melalui yang syariah, sehingga keseluruhan ini bisa masing-masing di atas 50 persen," kata Suhaedi di kompleks Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Kamis 17 Oktober 2019.
Menurut Suhaedi angka 50 persen dari PDB tersebut adalah angka yang minimal. Dia menyatakan bahwa jika melihat adanya potensi penduduk Indonesia sebagai muslim terbesar di dunia jumlahnya memiliki kemungkinan lebih besar.
Kendati demikian, Suhaedi menjelaskan peningkatan sampai 50 persen tersebut bisa terjadi dengan asumsi. Dalam hal ini adalah asumsi bahwa adanya kemajuan ekonomi secara umum yang terjadi.
Suhaedi juga menjelaskan saat ini BI bersama dengan Badan Pusat Statistik dan Majelis Ulama Indonesia atau MUI dan Dewan Syariah Nasional sedang merintis penyusunan data statistik nasional. Dalam hal ini ekonomi dan pembiayaan syariah.
"Sehingga dalam jangka beberapa waktu ke depan Indonesia punya data statistik yang setiap periode bisa tahu berapa nilai ekonomi setiap sektor yang halal dan belum halal," kata Suhaedi.
Sementara itu, Ketua Indonesia Halal Lifesyle Center Sapta Nirwandar mengatakan konsumsi atau pengeluaran masyarakat untuk produk dan layanan halal mencapai US$ 219 miliar. Dari total pengeluaran itu, paling banyak ada di sektor makanan.
"Selain produksi kita juga impor makanan. Kedua termasuk fashion dan kemudian kosmetik juga tinggi menyusul di belakangnya," kata Sapta.
Sapta menilai potensi produk halal di Indonesia sangat besar, sebab sebagian besar pertumbuhan ekonomi Indonesia ditopang oleh konsumsi rumah tangga. Selain itu, hal ini karena Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia.