Tempo.Co, Jakarta - Menjelang akhir masa jabatan di Kabinet Indonesia Kerja Jilid I, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menyampaikan sejumlah evaluasi. Salah satunya pengoperasian Bandara Kertajati yang belakangan mengalami penurunan frekuensi penerbangan.
Dalam wawancara khusus bersama Tempo, Budi Karya mengatakan persoalan utama pengoperasian bandara adalah belum tersedianya akses langsung yang menghubungkan antara Kota Bandung dan Kertajati. “Saat ini akses yang menghubungkan Bandung dengan Kertajati, yaitu Jalan Tol Cisumdawu (Cileunyi-Sumedang-Dawuan), belum selesai,” ujar Budi Karya di kantornya, Selasa, 14 Oktober 2019.
Ia menjelaskan, pekerjaan pembangunan jalan tol tersebut sempat terhambat lantaran salah satu investor asing yang menggarap proyek ini cabut.
Adapun saat ini, Kementerian Perhubungan telah berkoordinasi dengan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk memastikan proyek pembangunan akses jalan menuju Bandara Kertajati kelar dalam waktu satu tahun.
Ia berharap, dalam satu tahun ke depan, akses Jalan Tol Cisumdawu yang menghubungkan Kertajati dan Bandung telah siap dioperasikan. Beroperasinya seluruh ruas Jalan Tol Cisumdawu sepanjang 61 kilometer digadang-gadang dapat memangkas waktu tempuh dari Bandung menuju Kertajati yang semula 3 jam melewati jalur nasional menjadi lebih-kurang 1 jam via jalan bebas hambatan.
Setelah akses kelar dibangun, Budi Karya memperkirakan pergerakan penumpang di Bandara Kertajati bakal berangsur stabil. Selanjutnya, ia berharap pemerintahan ke depan bakal mendorong adanya peningkatan frekuensi, baik penumpang maupun penerbangan, melalui berbagai cara. Misalnya menyiapkan Bandara Kertajati sebagai pusat kargo menggantikan Bandara Internasional Soekarno-Hatta.
“Sekarang kan kita bangun Pelabuhan Patimban di Subang. Kalau Subang sudah maju, Kertajati dan Cirebon jadi pusat pertumbuhan baru, 10 tahun lagi Bandara Kertajati akan menggantikan (pusat) kargo di Bandara Soekarno-Hatta,” tuturnya.
Bandara Kertajati saat ini dioperasikan oleh PT Angkasa Pura II Persero setelah sebelumnya dikelola oleh pemerintah daerah bersama Kementerian Perhubungan. Adapun bandara ini dibangun atas inisiatif daearah dengan tujuan membuka konektivitas dan memeratakan pertumbuhan ekonomi.
Namun, sejak beroperasi, Bandara Kertajati lesu penumpang. Sejumlah penerbangan belakangan cabut. Terakhir, Garuda Indonesia hengkang menyusul Citilink Indonesia yang sudah lebih dulu menutup rutenya. Tempo mencatat, pergerakan penumpang di bandara itu mulai Juli hingga September terus mengalami penurunan. Pada Juli 2019, total pergerakan penumpang sebanyak 104.934 orang atau rata-rata 3.385 orang per hari.
Sedangkan pada Agustus melorot menjadi 86.824 pergerakan penumpang dengan rata-rata 2.801 penumpang per hari. Sementara itu, hingga 16 September 2019, total penumpang di Bandara Kertajati hanya 233.180 orang.