Susiwijono mengatakan pemerintah juga berupaya mempercepat hilirisasi industri domestik sebagai substitusi impor untuk meningkatkan nilai tambah komoditas dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan baku dasar dan antara (pre-processed), dan pengalihan produk jadi (final goods) dengan nilai tambah lebih tinggi. Untuk itu, kata dia, pemerintah akan mengubah peraturan tentang kemudahan berusaha agar Indonesia semakin ramah investasi dan menjadi pintu masuk relokasi industri pemain global.
“Setidaknya, ada 74 ketentuan setingkat undang-undang terkait perijinan untuk kemudahan berusaha yang ditata agar mengurangi hambatan investasi,” ujar Susiwijono.
Direktur Eksekutif Komunikasi BI Onny Widjanarko menuturkan menuturkan penurunan nilai ekspor CPO dan batubara disebabkan oleh penurunan harga. Sedangkan dari sisi volume, baik dari CPO dan batubara masih menunjukkan pertumbuhan positif, yaitu masing-masing naik 2,1 persen dan 8,2 persen periode Januari-September 2019. Meski begitu, Onny menyebutkan defisit neraca perdagangan periode ini lebih kecil, yaitu US$ 1,95 miliar dari US$ 3,82 miliar.
“Penurunan defisit ini lebih disebabkan oleh berkurangnya defisit neraca migas yang berkaitan dengan implementasi B20 hingga kewajiban penawaran crude oil oleh K3S kepada Pertamina,” ujar Onny.
Untuk menekan defisit CAD maka BI memperkuat sinergi kebijakan untuk meningkatkan ketahanan eksternal, termasuk prospek kinerja neraca perdagangan. Selain itu, BI akan menguatkan kinerja industri manufaktur, perbaikan iklim investasi hingga mendukung promosi perdagangan industri manufaktur.
Ekonom Bank Permata Josua Pardede menuturkan impor migas masih tumbuh negatif sebesar -30,50 persen (secara tahunan) atau -2,36 persen (secara bulanan). Keduanya juga masih mencatatkan pertumbuhan negatif dengan volume berkontraksi sebesar -10,82 (secara tahunan) dan -0,01 persen secara (bulanan). Sedangkan harga rata-rata rata dari migas berkontraksi sebesar -22.07 persen secara tahunan atau -2,36 persen seca bulanan.
“Dengan penurunan impor migas yang cenderung lebih dalam dibandingkan penurunan ekspor CPO dan juga batu bara, saya memprediksi bahwa CAD (defisi transaksi berjalan) tidak akan selebar kuartal dua,” tutur Josua. Dengan begitu, ia memperkirakan CAD pada kuartal ketiga mungkin akan berada pada 2,3-2,4 persen dari produk domestic bruto (PDB).