TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan perjanjian kesetaraan kualifikasi tenaga kerja bidang akuntansi negara-negara di ASEAN membuka peluang bagi para akuntan profesional untuk berkontribusi agar ASEAN dapat mencapai potensi ekonominya secara keseluruhan. Hingga September 2019, 1.291 akuntan Indonesia sudah memegang sertifikat ASEAN CPA.
"Profesi anda sebagai akuntan penting untuk memastikan ekonomi terus tumbuh kuat, bisnis terus berkembang dan akuntabilitas tetap teratas. Sehingga, untuk masa depan ASEAN yang lebih baik, mari kita sama-sama menyambut the era ASEAN CPA," kata Sri Mulyani dalam keterangan tertulis Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu, 16 Oktober 2019.
Negara-negara di ASEAN telah menyepakati kesetaraan kualifikasi tenaga kerja bidang akuntansi yang dituangkan dalam Mutual Recognition Arrangement on Accountancy Services (MRA on Accountancy Services). Sesuai dengan perjanjian ini, para pemegang sertifikat ASEAN Chartered Professional Accountant (ASEAN CPA) memiliki kualifikasi yang setara dan dapat melakukan praktik di 10 negara ASEAN.
Menurut Sri Mulyani, ASEAN adalah salah satu pasar dunia yang tumbuh cepat dan menjadi wilayah dengan kekuatan ekonomi besar. Pada 2030, kata dia, ASEAN diproyeksi akan menjadi ekonomi keempat terbesar di dunia.
Penyelenggaraan The 1st ASEAN CPA Conference merupakan kerja sama Kementerian Keuangan dan Sekretariat ASEAN yang berkolaborasi dengan Ikatan Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI), Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), Ikatan Akuntan Publik Indonesia (IAPI), dan ASEAN Federation of Accountants (AFA).
Sri Mulayani berharap acara tersebut dapat menjadi wadah bagi para ASEAN CPA menjalin komunikasi serta saling tukar informasi terkini mengenai perkembangan industri layanan akuntan, peta jalan ASEAN CPA dan cetak biru ASEAN Economic Community 2025. Per 30 September, jumlah pemegang ASEAN CPA adalah sebanyak 3.770 orang, yang terdiri dari 1.291 orang dari Indonesia, 873 orang dari Malaysia, 593 orang dari Thailand, 592 orang dari Singapura, 403 orang dari Myanmar dan 18 orang dari Filipina.