TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto meyakini bahwa produk domestik bruto atau PDB Indonesia akan tumbuh menjadi 6-7 persen pada 2023. Salah satu kebijakan yang mendorong laju pertumbuhan PDB adalah program Making Indonesia 4.0.
“Making Indonesia 4.0 akan mampu mendorong pertumbuhan PDB riil sebesar 1-2 persen per tahun sehingga pertumbuhan PDB akan naik dari baseline 5 persen menjadi 6-7 persen pada 2023,” ujar Airlangga di kantornya, Jakarta Pusat, Senin, 14 Oktober 2019.
Berdasarkan data Badan Pusat Statitstik atau BPS, besaran PDB berdasarkan atas dasar harga konstan atau ADHK pada 208 tercatat sebesar 5,17 persen. Sedangkan menurut atas dasar harga berlaku atau ADHB, PDB Indonesia mencapai Rp 14.837,4 triliun.
Airlangga mengatakan prediksi pertumbuhan PDB Tanah Air tersebut tercermin dari temuan sigi Google-Temasek. Menurut riset Google-Temasek, potensi pertumbuhan ekonomi digital Indonesia akan mencapai US$ 40 miliar hingga akhir 2019. Sedangkan pada 2023, pertumbuhan PDB Indonesia akan menyentuh US$ 150 miliar.
"Kan kita bicara digital ekonomi digital, potensinya bisa sampai US$ 150 milar sampai 2030. Kemudian yang akan dicapai ialah US$ 40 milar sampai 2019. Potensi ini didorong oleh basis kebutuhan ekonomi di dalam negeri. Potensi ini bisa menaikkan pertumbuhan 1-2 persen per tahun,” ujar Airlangga.
Meski optimistis pertumbuhan PDB bakal berlipat dari tahun ke tahun, Airlangga mengatakan pemerintah masih perlu mengevaluasi program Making Indonesia 4.0. Pada sektor industri nasional, Indonesia perlu membenahi lima aspek teknologi yang menjadi kunci sukses utama program tersebut. Kelimanya adalah internet of things, artificial intelligence, human machine interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi printing 3D.
Selain itu, pemerintah masih perlu mengkoordinasikan industri lintas sektoral agar Making Indonesia 4.0 tercapai dengan baik. Adapun terciptanya Making Indonesia 4.0 ini bakal menjanjikan pembukaan lapangan pekerjaan untuk 17 juta orang, baik di sektor manufaktur maupun non-manufaktur, hingga 2023.