TEMPO.CO, Jakarta - Pendiri penyedia layanan financial technology (fintech) PayTren Ustaz Yusuf Mansur menargetkan layanan isi ulang elektonik miliknya mampu menjadi unicorn dan membeli perusahaan unicorn.
"Kami targetnya beli unicorn, bukan lagi jadi unicorn, masak jadi unicorn. Target kami sejak saya lauching 1 Juni saya sudah umumkan kita bangsa Indonesia akan bergerak jadi bangsa investor bukan jadi yang dibeli," kata Ustaz Yusuf Mansur, di Bandung, Senin, 14 Oktober 2019.
Ditemui seusai menghadiri pemberiaan hadiah mobil dalam Program Gebyar 1000 Xpander, ia mengatakan pihaknya tidak menampik jika ada investor yang mau bergabung dengan Paytren. "Tapi bukan berarti kami ada investor, kami menolak, enggak demikian, yang penting ada kesetaraan, ada keuntungan buat kami, buat bangsa buat negara," kata dia.
Dia menilai perkembangan fintech di Indonesia masih tergolong "perawan" atau masih baru. "Ini kan masih pemula banget, kuenya itu masih banyak banget. Makanya saya cerewet, ayo kita belajar ilmu tentang fintech, tentang digital payment, tentang internet, karena ini lagi masanya. Jangan sampai yang menikmati ini malah orang luar Indonesia," kata dia.
Saat ini, kata dia, Paytren sedang berfokus mengembangkan "kuda-kudanya" seperti pengembangan ekosistem, SDM, teknologi, perizinan dan lain-lain. "Semua dilengkapi termasuk izin yang mau datang yakni izin LKD atau lembaga keuangan digital, kemudian izin co-branding daerah-daerah," kata dia.
"Sejauh ini kami sudah kerja sama dengan Lamongan, dengan Banyuwangi dan dalam waktu yang akan datang itu segera ada 500 sekian kota itu isinya paytren," kata dia.
Paytren membangun komunitas dengan menggunakan sistem pemasaran Sharia Direct Selling atau Penjualan langsung berjenjang berdasarkan Prinsip Syariah sejak efektif berdirinya.