Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Dua Juta Ekor Babi di NTT Terancam Virus Flu Afrika

Reporter

Editor

Rahma Tri

image-gnews
Peternak menggiring babi untuk terjun dari sebuah balkon di peternakan babi di Shenyang, provinsi Liaoning, Cina, 14 Agustus 2017.  REUTERS/Stringer
Peternak menggiring babi untuk terjun dari sebuah balkon di peternakan babi di Shenyang, provinsi Liaoning, Cina, 14 Agustus 2017. REUTERS/Stringer
Iklan
TEMPO.CO, Kupang - Sekitar 2 juta ekor babi di Nusa Tenggara Timur (NTT) terancam serangan virus African swine fever (ASF) atau flu babi Afrika. Virus ini sekarang sedang mewabah di Negara Republik Demokratik Timor Leste (RDTL).
 
Kepala Dinas Peternakan NTT, Dani Suhadi, mengatakan otoritas kesehatan hewan Timor Leste sudah berkoordinasi Organisasi Kesehatan Hewan Dunia atau OIE dan melaporkan bahwa jutaan ternaknya terserang flu babi Afrika. Kementerian Pertanian melalui Badan Karantina Pertanian (Barantan) pun telah menyampaikan kewaspadaan dini dan terus melakukan upaya pengawasan dan pencegahan masuknya virus ASF ke Indonesia.
 
"Gubernur telah mengeluarkan surat edaran meminta semua daerah untuk waspada terhadap masuknya virus demam babi Afrika dari wilayah Timor Leste, terutama kabupaten yang berbatasan langsung dengan Timor Leste," kata Danny, Senin, 14 Oktober 2019.
 
Danny menyatakan, pemerintah daerah telah mengambil sejumlah langkah antisipatif untuk mencegah masuknya virus flu babi Afrika ke wilayah NTT. Langkah yang telah diambil antara lain berkoordinasi dengan petugas perbatasan di pos lintas batas Mota'ain, Sini dan Notamasin, dan berkoordinasi dengan Balai Besar Karantina Hewan. Bahkan semua kendaraan dari RDTL yang hendak masuk wilayah NTT, roda dan kendaraan disemprot dengan cairan.
 
"Kami lakukan berbagai langkah antisipatif karena belum ada vaksin untuk mencegah virus yang mematikan ternak babi," tutur Danny.
 
Pada kesempatan itu ia mengimbau kepada seluruh masyarakat NTT untuk tidak mendatangkan daging olahan atau daging beku dari babi dari Timor Leste. Juga tidak melakukan pemesanan secara online walau harga dagingnya jauh lebih murah. 
"Daging olahan itu bukan hanya babi tapi semua jenis ternak lainnya untuk mencegah masuknya virus ASF ke wilayah NTT," ujar Danny.
 
Asisten II Setda NTT, Semuel Rebo mengungkapkan para petugas telah mengambil sampel ternak babi milik petani pada beberapa daerah di Pulau Timor untuk dilakukan pemeriksaan laboratorium. Memang sampai saat ini, belum ada laporan mengenai kasus ternak yang terserang virus ASF di provinsi ini.
 
"Walau belum ada laporan kasus ASF, tapi kita perlu waspada karena NTT berbatasan langsung dengan Timor Leste," ujar Semuel.
 
Menurut dia, Pemerintah NTT telah menggelar rapat koordinasi bersama Karantina Pertanian Kupang dan instansi terkait setelah menerima laporan bahwa virus flu babi Afrika semakin meluas dan telah mewabah di beberapa negara Asia, termasuk Timor Leste. Pengujian terhadap sampel babi yang mati telah dilakukan di Australia untuk mengetahui penyebab kematian massal itu.

Dari semua sampel babi yang dikirim untuk diuji, 41 persen dinyatakan positif terserang virus flu babi Afrika. "Virus ASF mengancam populasi ternak babi di NTT, mengingat NTT merupakan daerah peternakan babi terbesar di Indonesia," kata Semuel.
 
Yohanes Seo
Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Ramadan di Yogyakarta Diwarnai Kasus Antraks, Tradisi Berbahaya Ini Diminta Dihilangkan

3 hari lalu

Pemantauan daging segar oleh Pemkot Yogyakarta di pasar rakyat saat Ramadhan. (Dok. Istimewa)
Ramadan di Yogyakarta Diwarnai Kasus Antraks, Tradisi Berbahaya Ini Diminta Dihilangkan

Kasus suspek antraks di Sleman dan Gunungkidul, Yogyakarta, itu diduga kembali terjadi karena adanya tradisi purak atau brandu yang berbahaya.


Apa Saja Gejala Antraks yang Diduga Serang Belasan Warga Sleman?

5 hari lalu

Tim Reaksi Cepat BPBD Gunungkidul melakukan penyemprotan dekontaminasi bakteri antraks di Padukuhan Jati, Candirejo, Semanu, Gunungkidul, DI Yogyakarta, Jumat 7 Juli 2023. Penyemprotan tersebut untuk mencegah meluasnya penularan penyakit antraks setelah satu orang meninggal dunia dan 87 warga Candirejo positif setelah mengkonsumsi daging sapi yang terpapar antraks. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah
Apa Saja Gejala Antraks yang Diduga Serang Belasan Warga Sleman?

Belasan warga menunjukkan gejala antraks setelah mengkonsumsi daging sapi. Daging sapi tersebut diduga terkontaminasi antraks.


Wabah Anthrax dari Hewan Ternak Muncul Lagi di Gunungkidul, Begini Saran Pakar UGM

7 hari lalu

Petugas melakukan pemeriksaan hewan ternak. ANTARA/HO-Instagram dpkh_gunungkidul
Wabah Anthrax dari Hewan Ternak Muncul Lagi di Gunungkidul, Begini Saran Pakar UGM

Penyakit anthrax dari darah hewan ternak kembali muncul di Gunungkidul. Virus itu berpotensi menular ke manusia.


Mengenal 12 Shio dan Maknanya dalam Kalender Cina

38 hari lalu

Ilustrasi shio. Foto: Freepik.com/Zale
Mengenal 12 Shio dan Maknanya dalam Kalender Cina

Setiap shio mencerminkan sifat dan karakteristik unik yang diyakini mempengaruhi nasib seseorang berdasarkan tahun kelahirannya.


4 Persiapan Penting Sebelum Memasak Jeroan

13 Desember 2023

Empal Gentong khas Cirebon, Jawa Barat. Masakan ini mirip dengan soto. Isiannya adalah jeroan dan daging sapi dengan kuah santan. Nama empal menunjukkan bahan utamanya memang daging sapi dan Gentong karena proses memasaknya memakai kuali. TEMPO/Subekti
4 Persiapan Penting Sebelum Memasak Jeroan

Sebelum memasak jeroan, deretan persiapan penting jadi kunci menghasilkan masakan yang lezat


Inggris Laporkan Virus Mirip Flu Babi Terdeteksi pada Manusia

28 November 2023

Daging babi yang dijual di sebuah pasar di Bangkok, Thailand, 11 Januari 2022. Pihak berwenang Thailand mengatakan bahwa mendeteksi kasus pertama flu babi Afrika pada 11 Januari 2022 di sebuah rumah potong di provinsi Nakhon Pathom. REUTERS/Chalinee Thirasupa
Inggris Laporkan Virus Mirip Flu Babi Terdeteksi pada Manusia

Inggris telah mendeteksi kasus pertama virus flu pada manusia yang serupa dengan virus flu babi.


Beragam Jenis Penyakit Flu Mulai Flu Burung, Flu Unta sampai Flu Babi, Mana Paling Berbahaya?

15 Oktober 2023

Ilustrasi pria flu. shutterstock.com
Beragam Jenis Penyakit Flu Mulai Flu Burung, Flu Unta sampai Flu Babi, Mana Paling Berbahaya?

Sejak puluhan tahun, flu mengalami perkembangan dengan berbagai varian, seperti flu burung, flu babi, flu Singapura, flu tomat, dan flu unta.


Nipah Ancam Kerala India, Virus Mematikan Ini Muncul di Malaysia pada 1999

13 September 2023

Staf memasang tanda bertuliskan
Nipah Ancam Kerala India, Virus Mematikan Ini Muncul di Malaysia pada 1999

Negara bagian Kerala di India selatan menutup sekolah, kantor dan transportasi umum untuk mengendalikan penyebaran virus Nipah.


4 Hewan Ternak Penyumbang Emisi Gas Rumah Kaca Paling Banyak

29 Agustus 2023

Dokter hewan dari Dinas Peternakan dan Ketahanan Pangan Kota Palembang dibantu peternak menyuntikkan vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) kepada sapi saat Vaksinasi PMK Hewan Ternak di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa 28 Juni 2022. Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan mendapatkan bantuan 12.200 dosis vaksin PMK dari Pemerintah Pusat yang akan digunakan untuk mengendalikan penyebaran PMK di 17 kabupaten di Sumatera Selatan. ANTARA FOTO/Nova Wahyudi
4 Hewan Ternak Penyumbang Emisi Gas Rumah Kaca Paling Banyak

Sapi adalah hewan ternak penyumbang emisi gas rumah kaca paling banyak. Selain itu ada domba, kambing, babi, dan unggas.


Mengapa Hewan Ternak Meningkatkan Emisi Gas Rumah Kaca?

29 Agustus 2023

Sapi-sapi di peternakan Ellis, berkeliaran di dekat batang-batang anggur. Foto: Ruth Ellis/ABC
Mengapa Hewan Ternak Meningkatkan Emisi Gas Rumah Kaca?

Hewan ternak berkontribusi signifikan terhadap emisi gas rumah kaca karena menghasilkan gas metana dan nitrat oksida.