TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Enny Sri Hartati menyarankan pemerintah untuk menggenjot investasi dalam negeri demi memacu daya saing sektor manufaktur dalam waktu singkat. Investasi lokal ini perlu dipacu sembari menyelesaikan hambatan investasi sehingga menarik minat investor asing.
Menurut Enny, potensi penanaman modal dalam negeri (PMDN), khususnya untuk segmen menengah dan kecil, di sektor manufaktur masih besar. Karenanya, investasi ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung hilirisasi yang sejauh ini menjadi masalah.
Apalagi, PMDN berkontribusi jauh lebih signifikan kepada PDB, ketimbang foreign direct investment (FDI) yang hanya menyumbang sekitar 10 persen. "Kenapa selalu paremeter keberhasilan adalah FDI. Pemerintah harus fokus melakukan kebijakan konkret yang langsung berdampak pada investasi," ujarnya, Kamis 10 Oktober 2019.
Enny menjelaskan, pengembangan sektor manufaktur dasar, seperti petrokimia dan baja perlu didorong baik melalui investasi dalam negeri maupun dari luar negeri. Langkah ini perlu segera direalisasikan untuk mempercepat pendalaman sektor manufaktur.
Kabinet baru yang dipimpin Presiden Joko Widodo pada periode lima tahun ke depan diharapkan bisa memberikan solusi untuk pengembangan sektor manufaktur nasional ini. Enny menegaskan, pemerintah perlu memperbaiki hambatan investasi, khususnya terkait perizinan yang tak kunjung mudah bagi pelaku usaha.
Menurut dia, implementasi dari integrasi layanan perizinan melalui online single submission atau OSS untuk mengurus izin investasi perlu direvisi. Pasalnya, tujuan sistem tersebut belum terealisasi karena dihadapkan pada otonomi daerah. "Sudah ada komitmen dengan OSS, tapi kok realisasinya tidak jalan. Permasalahannya ada pada delegasi kewenangan," kata Enny.