TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan bercerita bahwa ia mendapat ilmu baru soal kendaraan listrik dalam kunjungannya ke Singapura awal pekan ini. Pengetahuan anyar yang ia maksud berkutat seputar baterai lithium yang menjadi salah satu komponen penggerak kendaraan listrik.
Menurut Luhut, Indonesia kini tidak perlu lagi cemas mengembangkan mobil listrik. Sebab, semua bahan dasar pembentuk baterai lithium dimiliki Indonesia.
“Kita baru sadar baterai litium yang jadi kuncinya ada di kita. Jadi semua bahan dasarnya ada di Indonesia ini,” ujar Luhut dalam keterangan tertulis, Kamis, 10 Oktober 2019.
Luhut berujar, kendaraan listrik yang menggunakan penggerak baterai lithium tidak lagi membutuhkan recharging station atau stasiun pengisian baterai. Sebab, baterai itu sudah dilengkapi dengan alat pengisian daya yang menempel di kendaraan.
“Tidak perlu lagi ada recharging station karena dia bisa recharge baterai dia sendiri. Saya sarankan untuk menggunakan palm oil (minyak sawit) juga, dan ternyata bisa,” tutur Luhut. Namun, Luhut tak menjelaskan secara detail maksud penggunaan minyak sawit untuk pembuatan lithium.
Selain komponen dasar lithium, Luhut pernah mengatakan bahwa Indonesia juga memiliki bahan baku untuk membuat mobil listrik secara mandiri. Ia mencontohkan produk turunan nikel dapat digunakan untuk membuat kerangka kendaraan listrik, sedangkan karet lokal dapat digunakan untuk membuat bannya.
Menurut Luhut, saat ini industri pengolahan nikel sedang dikembangkan, salah satunya di Morowali Tengah. Ia menyebut pabrik baterai lithium kemungkinan bakal dibangun juga di lokasi yang sama.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | CAESAR AKBAR