TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan mengatakan bahwa peningkatan kendaraan listrik bisa ikut menekan lebarnya defisit neraca perdagangan. Sebabnya makin banyak kendaraan listrik bisa ikut menekan jumlah impor minyak dan gas (migas) yang ada.
"Kalau kendaraan listrik makin banyak, maka setidaknya bisa ikut menahan impor minyak, bisa stagnan atau paling tidak tumbuh lambat. Sehingga defisit neraca dagang tidak makin lebar," kata Jonan dalam acara Peringatan Hari Listrik ke-74 di Jakarta Convention Center, Jakarta, Rabu 9 Oktober 2019.
Masyarakat Ketenagalistrikan Indonesia (MKI) hari ini mengelar pameran dan seminar di Jakarta Convention Center. Acara ini digelar dalam rangka memperingati Hari Listrik Nasional ke-74 yang jatuh setiap 27 Oktober. Selain mengelar pameran dan seminar, MKI juga ikut memberikan bantuan dana.
Bantuan dana diebrikan bagi 150 rumah tangga di Provinsi Nusa Tenggara Timur, Papua dan Papua Barat. Batuan tersebut diberikan untuk penyambungan listrik atau pemberian meteran listrik bagi rumah tangga kurang mampu senilai masing-masing Rp 500rb-Rp 750rb.
Sementara itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat defisit neraca perdagangan sektor migas menjadi US$ 755,1 juta pada Agustus 2019. Angka ini meningkat tajam jika dibandingkan defisit pada bulan sebelumnya yang mencapai yang sebesar US$ 142,5 juta.
BPS mencatat ekspor migas turun 45,5 persen menjadi US$ 875,4 juta pada Agustus 2019 dari bulan sebelumnya US$ 1,6 miliar. Sementara itu, impor migas tercatat sebesar US$ 1,6 miliar, turun 6,7 persen dari bulan sebelumnya yang mencapai US$ 1,7 miliar.
Selain itu, Jonan juga mengungkapkan bahwa peningkatan kendaraan listrik juga ikut membantu masyarakat menjadi lebih sehat. Sebabnya, dengan kendaraan listrik tingkat polusi udara akibat kendaraan berbahan bakar minyak berkurang.
"Langitnya juga bisa lebih bersih, udara juga jadi lebih sehat, sehingga biaya kesehatan masyarakat bisa ikut menurun," kata Jonan.