TEMPO.CO, Jakarta - Perbankan kecil dan menengah hanya bisa pasrah menyikapi kinerja kredit hingga September 2019 yang tak sesuai harapan. Berbagai kondisi yang tidak mendukung pertumbuhan diklaim menjadi penyebab utama lesunya penyaluran kredit oleh perbankan nasional.
Presiden Direktur Bank OCBC NISP Parwati Surjaudaja pesimistis penyaluran kredit akan dapat mencapai target perseroan. "Kelihatannya realisasi kredit kuartal III/2019 ini belum sesuai harapan, pertumbuhan kredit sangat dipengaruhi [oleh] kondisi makro dunia," katanya seperti dilansir Bisnis, Rabu 9 Oktober 2019.
Jika dibandingkan dengan perolehan kuartal II/2019 lalu, Parwati menyebut capaian kuartal ini stagnan. Pada periode itu pertumbuhan kredit perseroan hanya bertengger di level 2 persen yoy menjadi Rp119 triliun.
Namun, perseroan memastikan pertumbuhan kredit itu disertai dengan kemampuan menjaga kualitas secara konsisten yang tercermin dari rasio non-performing loan (NPL) di bawah ketentuan. Untuk OCOBC NISP, NPL gross periode ini sebesar 1,8 persen dan NPL nett sebesar 0,8 persen.
Hal yang sama pun diutarakan Direktur Utama PT Bank Mayora Irfanto Oeij. Bos bank kelas kecil-menengah ini pun mengakui perseroan masih terus memacu pertumbuhan kredit pada periode ini agar sampai akhir tahun dapat mencapai target yang ditetapkan.
Irfanto mengemukakan, pada kondisi ekonomi seperti saat ini, di mana pengaruh pelemahan ekonomi global sangat berdampak pada industri dan keuangan dalam negeri, maka Bank harus menerapkan startegi pertumbuhan bisnis yang prudent.
"Meski per Agustus 2019 kredit kami telah tumbuh hingga 7,03 persen yoy. Angka itu pun sudah lebih tinggi dibanding pada kuartal II/2019 yang hanya 1,89 persen yoy," ujar Irfanto.
Dia memastikan, ke depan perseroan akan memberikan kredit dengan terus mempertimbangkan sektor industri yang relatif masih tumbuh di tengah kondisi perekonomian yang ketat ini. Namun, perseroan tetap memonitor perkembangan bisnis dan kemampuan keuangan debitur untuk mencegah adanya peningkatan NPL kembali.
BISNIS