TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi dan Perdana Menteri Singapura Lee Hsien Long sepakat untuk meningkatkan kerja sama di sejumlah bidang seperti keamanan, ekonomi dan pendidikan.
"Pertama, Indonesia menyambut kerangka negosiasi untuk 'flight information region' (FIR atau kendali ruang udara) yang sudah disepakati kedua negara. Indonesia menghormati posisi Singapura untuk mengawasi wilayah udaranya, maka tim teknis kami sudah memulai negosiasi dan saya mendorong agar dipercepat," kata Presiden di Istana Singapura, Selasa, 8 Oktober 2019.
Jokowi dan PM Lee Hsien Loong bertemu dalam Leader's Retreat yang berlangsung setiap tahun sejak 2017. Dalam pertemuan tersebut kedua kepala pemerintahan dan para menterinya membahas hingga persoalan teknis di berbagai bidang.
"Kedua, untuk meningkatkan kerja sama keuangan antara bank sentral kedua negara, dalam pengelolaan likuiditas valas (bilateral liquidity management arrangement)," kata Presiden yang berbicara dalam bahasa Inggris.
Ketiga, Presiden menyambut meningkatnya perusahaan yang ikut berpartisipasi dalam pengembangan kawasan industri Kendal dan Nongsa Digital Park di Batam. "Kami menyambut baik tindak lanjut leader's retreat tahun lalu termasuk peningkatan 'tenant' di Kawasan Indrustri Kendal, pembangunan Nongsa Digital Park karena Singapura telah mendukung dibukanya perusahaan Pegatron di Batam," kata dia.
Sedangkan keempat, kedua negara sepakat untuk mendorong kerja sama bilateral di bidang investasi dan perdagangan.
"Kelima, di bidang infrastruktur, Indonesia menawarkan kerja sama pendanaan infrastruktur termasuk kereta api Makassar-Parepare dan bandara Labuan Bajo," ungkap Presiden.
Keenam, kedua negara meningkatkan pendidikan vokasi termasuk operasionalisasi politeknik Kendal dan RISING (Republic of Indonesia and Singapore) Fellowship.
"Terakhir, kami sepakat untuk mendorong ekonomi digital di bidang fintech (financial technology, e-commerce, layanan data, pengembangan 'techno park' dan 'regional innovation hub'," ujar Presiden.
Sedangkan PM Lee Hsien Long mengatakan bahwa tali ekonomi Indonesia-Singapura semakin menguat dengan Singapura juga adalah investor terbesar Indonesia sejak 2014. Buktinya, kawasan industri Kendal telah bernilai 800 juta dolar AS dengan 60 perusahaan dan diperkirakan menciptakan 7 juta lapangan kerja.
"Kami juga akan meningkatkan kerja sama jangka panjang yaitu di kawasan Batam-Bintan-Karimum yang dapat mendukung para penumpang dari Changi. Selain itu kami juga akan meningkatkan kerja sama di bidang ekonomi digital dengan penandatangan 'digital national single window," kata PM Lee.
Sedangkan di bidang keamanan, PM Lee mengharapkan penyelesaian negosiasi FIR. "Dalam bidang managemen kawasan udara khususnya FIR, kita telah menyepakati kerangka diskusi mengenai hal ini," ungkap PM Lee.
Presiden Jokowi dan PM Lee dalam pertemuan tersebut juga menyaksikan penandatanganan dua dokumen kerja sama yaitu perjanjian pertukaran data elektronik fasilitasi dan pengamanan perdagangan serta nota kesepahaman mengenai kerja sama kearsipan.
Perjanjian pertukaran data elektronik ditandatangani oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani dan Menteri Keuangan Singapura Heng Swee Keat
Perjanjian kedua adalah penandatangan nota kesepahaman kerja sama selama tiga tahun ke depan antara Arsip Nasional Republik Indonesia dan Arsip Nasional Singapura. Perjanjian itu memungkinkan kedua lembaga untuk berbagi pengetahuan arsip mengenai sejarah dan budaya.
Mendampingi Presiden Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Koordinator bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, Menteri Luar Negeri Retno P Marsudi, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi, Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu, Menteri Riset dan Pendidikan Tinggi Natsir, Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Trikasih Lembong.
ANTARA