TEMPO.CO, Jakarta - Lima kota di Indonesia memperoleh hibah untuk proyek Sustainable Urban Transport Programme Indonesia (Sutri Nama) serta komponen Indonesian Bus Rapid Transit Corridor Development Project (Indobus) dari pemerintah Swiss, Inggris, dan Jerman. Kelima kota penerima hibah senilai total €21 juta atau setara dengan Rp 326 miliar adalah Semarang, Bandung, Makassar, Batam, dan Pekanbaru.
Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Budi Setiyadi mengatakan hibah ini akan digunakan untuk mendukung pengembangan bus rappid transit atau BRT. "Dana senilai €21 juta itu akan dibagi untuk lima kota. Masing-masing diberikan sesuai dengan kebutuhan DED-nya (Detail Engineering Design)," ujar Budi Setiyadi di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, Selasa, 8 Oktober 2019.
Budi Setiyadi mengatakan proyek ini merupakan bagian dari kerja sama Kementerian Perhubungan dan Gesellschaft fur Inernationale Zussamebarbeit atau GIZ. GIZ dan Kementerian Perhubungan sebelumnya telah meneken nota kesepakatan pada 2017 untuk menandai dimulainya kerja sama.
Dalam prosesnya, Kementerian Perhubungan dan GIZ mengadakan
pertemuan awal untuk memilih kota yang akan menjadi pilot project. Pada Maret 2018, menurut Budi, lima kota itu terpilih dari 25 kandidat yang ada.
Direktur Angkutan Jalan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Ahmad Yani menjelaskan, setelah memilih lima kota,
Kementeriannya mengadakan prastudi kelayakan atau PFS BRT di kota-kota terpilih. Kementerian juga mengadakan
focus group discussion atau FGD hingga April 2019.
"Untuk mendukung proyek ini, Kementerian Perhubungan juga telah bertemu dengan calon donor pembangunan BRT, yaitu PT Sarana Multi Infrasturktur, Bank Dunia, Korean Eximbank, AFD, dan EIB pada Maret 2019," ujarnya di tempat yang sama.
Senior Governance Policy Advisor GIZ Zulasmi mengatakan dana 21 juta euro itu mayoritas dipakai untuk kajian pengembangan BRT. Sedangkan sisanya untuk pembangunan line atau jalur bus.
"Kajian di level pemerintah daerah ini memang lama karena mereka akan menata ulang rute-rute bus yang saat ini sudah ada," tuturnya.
Berdasarkan rancangannya, proyek pengembangan BRT akan kelar pada 2022. Seandainya proyek pengembangan ini kelar dan terbilang sukses, Zulasmi mengatakan pemerintah Jerman tertarik memberikan dana talangan atau pinjaman.
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan proyek ini sejalan dengan upaya pemerintah daerah menekan pertumbuhan kendaraan pribadi. Ridwan alias Emil menyatakan mode transportasi BRT tergolong paling efisien, baik dari sisi sistem angkutan maupun harga.
"Kalau mode lain, seperti LRT, saya hitung butuh Rp 500 miliar per kilometer, MRT Rp 1 triliun per kilometer," tuturnya.