TEMPO.CO, Jakarta - Saham tiga bank buku IV milik negara kompak melemah di perdagangan Senin 7 Oktober 2019. Saham Bank Mandiri turun 0,78 persen, BNI 2,91 persen, dan BRI 1,27 persen. Koreksi ini salah satunya dipicu kabar rencana penyelamatan Bank Muamalat oleh bank pelat merah.
Analis PT Trimegah Sekuritas Indonesia Sebastian Tobing dan Rifina Rahisa, dalam risetnya yang dirilis kemarin, menyatakan pelaku pasar khawatir ketiga bank membeli aset sekuritisasi Bank Muamalat. Berdasarkan perhitungan mereka, bank syariah itu membutuhkan dana segar hingga Rp 20,6 triliun. Jika ketiga bank menyuntikkan dana berdasarkan ekuitas mereka, Mandiri mengeluarkan dana paling besar yaitu senilai Rp 6,9 triliun. Sementara BRI sebesar Rp 7,1 triliun dan BNI sebesar Rp 4,2 triliun.
Sebastian dan Rifina menyatakan aksi korporasi itu berpeluang mengurangi jumlah yang akan diterima penerima saham. "Dengan mempertimbangkan hasil investasi dari pembelian aset ini, wajar jika berasumsi investor akan mengurangi book value saham masing-masing bank sebesar nilai pembelian aset itu," katanya.
Kepala Riset PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma menilai bank pelat merah akan terkena dampak negatif jika mencoba menyelamatkan Bank Muamalat, meskipun arus kas dan aset mereka melimpah. "Menolong suatu institusi yang sedang bermasalah dan tidak sehat, efeknya akan negatif buat bank penolongnya," kata dia.
Selain itu, perbankan juga harus meningkatkan rasio pencadangannya mulai tahun depan. Pemerintah akan menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 71 tentang Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) dengan konsep expected loss. Artiny modal bank untuk ekspansi akan berkurang karena disisihkan untuk tambahan rasio pencadangannya.
Bank Muamalat bergulat dengan masalah kredit macet. Usai krisis ekonomi pada 1998, kredit macet di bank syariah pertama ini mencapai lebih dari 60 persen. Kerugian yang dialami mencapai Rp 105 miliar. Bank ini selamat setelah Islamic Development Bank (IDB) menyuntikkan dana.
Kondisi perusahaan kembali memburuk pada 2015 lalu. Bank membutuhkan dana segar namun pemegang saham tak bisa memberikan modal. IDB terbentur aturan internal yang melarang penempatan saham melebihi 20 persen. Total saham IDB saat ini pun sudah melanggar aturan itu lantaran jumlahnya sudah mencapai 32 persen. Akibatnya, rasio kecukupan modal Bank Muamalat turun hingga ke ambang batas menjadi 11,58 persen dua tahun kemudian.
Beberapa investor dikabarkan pernah mencoba menyuntikkan dana ke Bank Muamalat seperti PT Bank Rakyat Indonesia, PT Minna Padi Investama, serta Al Falah Investments. Namun rencana mereka terhambat beragam masalah hingga belum ada dana segar untuk Bank Muamalat.
Kali ini, bank-bank pelat merah yang dikabarkan akan menyuntikkan dana ke Bank Muamalat. Berdasarkan isu yang beredar, bank BUMN akan membantu dengan membeli utang-utang Bank Muamalat yang telah disekuritisasi. Bank Mandiri bahkan diisukan telah melakukan uji tuntas atau due diligence.
Corporate Secretary Bank Mandiri Rohan Nafas membantah kabar bank pelat merah akan membantu permodalan Bank Muamalat. Menurut dia, tak ada sama sekali rencana untuk berinvestasi di Bank Muamalat dalam berbagai bentuk, termasuk dengan membeli utang-utang yang telah disekuritisasi milik bank syariah itu. "Kami, termasuk bank-bank Himbara lainnya, tidak ada niat untuk masuk ke Bank Muamalat," ujarnya.
Corporate Secretary Bank Muamalat Hayunaji tak membantah maupun membenarkan kabar campur tangan bank BUMN. Menurut dia, saat ini perusahaan tengah menanti investor baru. Proses due diligence telah dimulai oleh institusi dari dalam dan luar negeri. Namun dia tak menyebut identitas investor tersebut. "Kami tidak dapat menjawab hal tersebut karena saat ini proses due diligence masih berlangsung dan hal ini bersifat confidential," ujarnya.