TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengatakan ada tiga kebijakan yang dibutuhkan agar Indonesia bisa terhindar dari ancaman resesi yang diprediksi oleh Bank Dunia. Ketiganya yaitu meningkatkan ekspor, mengendalikan impor, dan menggenjot investasi.
“Indonesia akan survive (bertahan) kalau ekspor dan investasi ada, lalu 265 juta masyarakat Indonesia tidak jadi pasar semata dan dibanjiri produk luar,” kata Enggar saat menghadiri acara peluncuran program “From Local Go Global” di Mall Sarinah, Jakarta Pusat, Minggu 6 Oktober 2019.
Untuk menggenjot investasi, Enggar dan sejumlah menteri telah berkomitmen memangkas sejumlah perizinan yang dianggap menghambat masuknya arus modal. Sementara untuk meningkatkan ekspor, salah satu upaya dilakukan lewat program “From Local Go Global” ini.
Sejumlah pelaku usaha, mulai dari Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA), Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Indonesia (GAPMMI) dan Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) bekerja sama demi meningkatkan ekspor hingga 500 persen. Salah satunya melalui pemanfaatan e-commerce.
Sehingga dalam waktu dekat, Indonesia akan melakukan ekspor ke Cina, Taiwan, dan Eropa melalui Pusat Logistik Berikat (PLB) e-commerce pertama yaitu PT Unair. Dengan kerja sama ini, pelaku usaha kecil pun bisa melakukan ekspor. Sebab, pengiriman akan dilakukan secara bersama-sama untuk mengurangi biaya logistik pengiriman. “Saya bahagia atas komitmen yang dibuat ini,” kata dia.
Sementara untuk meredam impor, Enggar meminta para pelaku e-commerce menyediakan satu hari dalam seminggu, khusus untuk penjualan produk dalam negeri. Permintaan ini disampaikan Enggar menyikapi banyaknya produk impor yang dijual di marketplace e-commerce di tanah air.
Namun, dia mengatakan tidak akan membuat peraturan tertentu yang mewajibkan e-commerce menyediakan hari khusus produk dalam negeri tersebut. Ia hanya meminta kesadaran dari pelaku usaha untuk melakukannya. “Saya rasa kalau ada kesadaran, itu lebih baik, karena kalau bentuknya kewajiban, itu bisa menimbulkan resistensi dan dampak dari luar negeri.”
Dia mengatakan, masyarakat Indonesia harus lebih banyak menggunakan produk dalam negeri demi mengantisipasi kemungkinan resesi global tersebut. Dengan demikian, pasar domestik juga akan semakin kuat. “Cintailah produk dan pakailah produk dalam negeri,” kata dia.
Meski menghadapi krisis, Lead Country Economist for Indonesia Bank Dunia, Frederico Gil Sander, menilai Indonesia telah sangat siap menghadapi kemungkinan terjadinya resesi global. Ia melihat pemerintah Indonesia telah menyiapkan sejumlah bantalan dan penyangga untuk menghadapi risiko terburuk.
"Sejumlah bantalan penyangga itu membuat kami merasa Indonesia telah menyiapkan diri dengan baik apabila nantinya akan terjadi resesi," tutur Sander di sela peluncuran laporan "Time to Act: Realizing Indonesia’s Urban Potential" di Jakarta pada Kamis 3 Oktober 2019.
FAJAR PEBRIANTO