Sahat menuturkan, pengusaha terbantu dengan mesin buatan PT Pindad (Persero) yang berkolaborasi dengan PT Rekayasa Engineering, anak usaha PT Rekayasa Industri (Persero). Perusahaan tersebut menciptakan mesin bernama Anjungan Minyak Goreng Higienis Otomatis (AMH-O).
Dengan mesin ini, pengusaha tidak perlu mengeluarkan biaya untuk mengemas satu per satu produknya. Produsen tinggal mengirim minyak dalam di jerigen yang telah mencantumkan merek serta data kandungan minyak gorengnya. Produk itu kemudian dipindahkan ke AMH-O untuk didistribusikan ke pembeli. Konsumen dapat membawa wadahnya sendiri saat membeli minyak untuk membantu mengurangi sampah plastik.
Mesin ini juga membantu pengusaha menghemat biaya transportasi. "Kalau pakai kemasan dari pabrik, satu truk hanya bisa mengangkot 8 ton minyak goreng. Dengan jerigen, bisa angkut 14 ton," ujarnya. Perusahaan bisa menghemat ongkos transportasi dengan jarak 40 kilometer sebesar Rp 140 per liter.
Sahat menyatakan produsen minyak goreng membutuhkan banyak sekali mesin tersebut untuk bisa menjangkau seluruh Indonesia. Ratusan unit, menurut dia, saat ini sudah tersebar di beberapa daerah. Dia memperkirakan perlu 4.800 unit lain untuk bisa menjangkau hingga Papua.
Marketing Engineering PT Pindad (Persero) Bahrum Chaniago menyatakan AMH-O sengaja dirancang untuk program minyak goreng wajib kemas. Perusahaan telah menerima pesanan untuk merakit sekitar 12 ribu unit dalam waktu tiga bulan. "Kami bisa produksi 125-130 unit per hari," ujarnya.
Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Suhanto optimistis peredaran minyak curah bisa dihentikan tahun depan. Menurut dia, para penyalur minyak curah telah sepakat untuk bekerja sama dengan produsen minyak goreng besar demi proses pengalihan ini. “Dari sekarang sampai Januari, kami akan sosialisasikan, kami kerja sama dengan pemerintah daerah,” katanya.
FAJAR PEBRIANTO