Pendapatan HMSP dan GGRM diproyeksi dapat tumbuh lebih tinggi pada tahun ini. Namun, kenaikan cukai menjadi tantangan bagi kinerja dua emiten rokok ini di tahun depan.
Meski demikian, analis melihat saham emiten rokok, terutama HMSP dan GGRM, masih menarik untuk dikoleksi. Apalagi, harga saham saat ini telah terdiskon setelah sempat turun hingga dua digit pada awal perdagangan setelah pengumuman kenaikan cukai.
"[Kenaikan cukai] tidak akan long term. Jika melihat historical kenaikan cukai tertinggi pada 2016, setelah itu turun lagi. Di tahun ini tarif cukai juga tidak naik," imbuhnya.
Analis menjadikan saham GGRM sebagai top picks. NK Korindo Sekuritas memberikan rekomendasi beli terhadap saham GGRM dengan target harga Rp75.075 hingga akhir tahun, berdasarkan proyeksi PE sebesar 22,1 kali.
Head of Research FAC Sekuritas Wisnu Prambudi Wibowo mengatakan kenaikan cukai masih menjadi tekanan yang membayangi saham GGRM dan HMSP. Hal ini tercermin dari tren pergerakan harga saham emiten rokok big caps itu, yang cenderung menurun sejak Maret.
"Saat ini investor panik, sehingga cenderung melepas saham GGRM dan HMSP. Faktornya kenaikan cukai yang ber-impact besar terhadap kinerjanya di tahun depan," katanya.
Wisnu mengatakan secara valuasi saham GGRM dan HMSP sudah murah. Ini terlihat dari PER HMSP di level 31 kali pada Januari tahun ini, sedangkan saat ini di level 18,53%. Begitu pula, PER GGRM di level 20an kali pada Januari, sedangkan saat ini di level 11,12 kali.
Dengan demikian, menurutnya, kedua saham itu masih menarik untuk dikoleksi. Apalagi, kedua perusahaan itu rutin membagi dividen.
Namun, analis masih wait and see sambil menunggu kinerja kuartal I/2020 untuk mengetahui korelasi kenaikan harga dengan volume penjualan rokok. "Jika kinerja kuartal III/2019 membaik, maka bisa menjadi sentimen positif untuk kedua emiten ini. Secara fundamental sebenarnya menarik, tapi saat ini posisinya masih banyak tekanan jual," katanya.