TEMPO.CO, Jakarta - Operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC) antara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menelan anggaran Rp 34 miliar. Modifikasi cuaca untuk mendatangkan hujan buatan itu untuk menanggulangi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di lima provinsi.
"Kontrak pada 26 Februari 2019 sebesar Rp34 miliar untuk operasi TMC dari Februari sampai Oktober 2019," kata Kepala Pusat Data, Informasi, dan Hubungan Masyarakat Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Agus Wibowo dalam pertemuan dengan awak media di Kantor BPPT, Jakarta, Jumat 4 Oktober 2019.
Namun, Agus menuturkan biaya operasional TMC dari kontrak tersebut belum sepenuhnya dibayarkan ke BPPT yang telah melakukan operasi TMC sejak awal.
Kepala Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca (BBTMC) BPPT Tri Handoko Seto menuturkan dana Rp34 miliar tersebut belum diberikan sepenuhnya kepada BPPT. Biaya untuk layanan operasi TMC yang diterima BPPT masih sebesar Rp20 miliar. Biaya tersebut sudah meliputi keseluruhan tenaga, bahan semai dan peralatan yang dibutuhkan untuk melakukan operasi TMC.
Kepala BNPB menyebut, pemerintah daerah merupakan garda terdepan dalam penanggulangan bencana terlebih dahulu, baru ketika kesulitan ditangani maka dilanjutkan ke provinsi hingga nasional. Karena anggaran Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) hanya sebesar 0,01 persen dari anggaran pendapatan dan belanja daerah, maka mereka tidak mampu merespons karhutla dengan memadai. Akibatnya, jika karhutla sudah meluas seperti baru-baru ini, perlu banyak dukungan dana dan bantuan operasional untuk memadamkan dan mengatasi kabut asap.
Agus menuturkan yang berhak menyatakan status keadaan darurat penanganan bencana adalah pemerintah daerah. Kalimantan Barat menentukan siaga darurat karhutla pada 12 Februari 2019 sampai Oktober 2019. Riau sudah menentukan siaga darurat karhutla pada 19 Februari 2019.
BNPB mencatat, penanganan karhutla telah menghabiskan dana sebanyak Rp2,5 triliun. Biaya untuk pengadaan helikopter water bombing menghabiskan dana Rp1 triliun, yakni dengan mengerahkan 44 helikopter.
Kurang lebih 9.000 personel TNI diterjunkan untuk menangani dan mengendalikan karhutla untuk pemadaman api. Belum lagi, personel dari berbagai institusi diterjunkan termasuk dari Kepolisian RI, Manggala Agni, BPBD, dan masyarakat sipil. "Diharapkan akhir Oktober 2019, operasi TMC selesai," ujar Agus.
Karhutla pada 2015 telah menimbulkan kerugian sebesar Rp212 triliun. Sementara, kerugian akibat karhutla yang terjadi pada 2019 masih dalam penghitungan BNPB.