TEMPO.CO, Jakarta - CEO Standard Chartered Bank, Rino Donosepoetro menyangsikan Indonesia akan mengalami resesi pada 2020.
"Apakah emang benar resesi? belum tentu juga, dan ini merupakan relatif dan ke arah mana situasi macro economy, political economy akan begerak, karena banyak uncertainty dan banyak faktor," kata Rino di Kementerian Keuangan, Jakarta Pusat, Jumat, 4 Oktober 2019.
Rino mengakui, sudah banyak pakar ekonomi yang menganalisa untuk memproyeksikan perekonomian Indonesia tahun depan. Namun ia meyakini, Indonesia akan terdampak resesi global taoi hanya sampai kepada perlambatan pertumbuhan ekonomi. "Tetap tumbuh tapi mengalami pelambatan," ucapnya.
Kemudian, dia menjelaskan tentang dana investasi yang katanya lari ke luar negeri. Menurut Rino, hal tersebut perlu dilakukan kajian yang lebih mendalam. "Pertama adalah kenapa pada lari? belum tentu lari, mungkin ada yang jalan, ada yang diam di tempat," kata dia.
Rino mengatakan untuk arus pergerakan dana di pasar uang dan modal memang mungkin sangat terjadi bagi negara berkembang. "Karena mereka masuk cepat, keluar juga bisa cepat. Beda dengan foreign direct invesment (FDI)," ungkapnya.
Jadi untuk Indonesia, menurut Rino, tidak ada pergerakan uang yang cepat ke luar negeri, karena memang Indonesia itu sudah kuat untuk FDI. "Saya liat appetite for invesment Indonesia aset dari foreign invesment itu very strong," ujarnya.
Hal tersebut terbukti dari obligasi yang dilepas oleh pemerintah dan swasta yang sangat diminati oleh asing selama enam bulan terakhir. Bahkan, banyak investor asing yang ingin menanamkan uangnya di dalam negeri.
"Kalau dilihat uang keluar dari Indonesia saya rasa tidak, tapi memang kita bersaing dengan negara lain. kalau memang ada pergerakan secara cepat dari negera ke negara lain, kemana sih lari? Ya larinya ke market yang dianggap punya return better," ungkap Rino.
Sebagai contoh yaitu tahun 2017, Rino bercerita bahwa memang banyak uang yang kembali ke Amerika Serikat, karena saat itu memang suku bunga di sana tinggi. Fenomena ini menyedot dana dari negara-negara emerging market economy.
Sebelumnya, Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan mengatakan, pemerintah perlu mengambil langkah preventif untuk melindungi perekonomian nasional dari dampak resesi ekonomi global. Sebab, ia mendeteksi ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan peluang Indonesia untuk memasuki resesi.