TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance atau Indef Tauhid Ahmad memperkirakan keluarnya warga dari Wamena akan berdampak kepada tergerusnya investasi dari masyarakat.
"Di sana kan ada investasi dari masyarakat, baik swasta murni atau masyarakat, itu investasi masyarakat akan tergerus karena otomatis tidak ada yang berani bikin toko, fasilitas, dan sebagainya, ekonomi akan turun," ujar Tauhid di Hotel Le Meridien, Rabu, 2 Oktober 2019.
Dampak turunnya investasi itu, menurut Tauhid, tidak hanya terasa di Kota Wamena, melainkan juga di kabupaten-kabupaten sekitar Wamena. Di samping itu, lantaran penduduk yang pindah cukup banyak, ia mengatakan imbas lainnya adalah penurunan konsumsi di sana. "Efek konsumsi ke pertumbuhan ekonomi akan berkurang," ujar Tauhid.
Walau demikian, Tauhid melihat Wamena secara umum memang memiliki pertumbuhan ekonomi yang negatif. Sehingga wilayah tersebut memang masih bergantung sekali kepada Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dari Pemerintah Pusat. Misalnya melalui Dana Alokasi Khusus, Dana Transfer ke Daerah, dan sebagainya. Dengan begitu, ia melihat ekonomi akan tetap jalan.
Tauhid mengatakan kondisi tersebut bisa saja ditangani pemerintah misalnya dengan mengembalikan fungsi ekonomi ke daerah dengan meningkatkan kembali aktivitas ekonomi di sana. Tapi, ia menyebut jaminan keamanan sebagai syarat utama yang perlu dipenuhi pemerintah.
Hingga kemarin ribuan warga Wamena tampak mengantre di Pangkalan TNI Angkatan Udara Wamena untuk diterbangkan meninggalkan Kabupaten Jayawijaya, Selasa, 1 Oktober 2019. Para pengungsi menunggu diberangkatkan menggunakan pesawat Hercules menuju kota lain seperti Jayapura dan Timika.
Pantauan Tempo, TNI Angkatan Udara memprioritaskan untuk menerbangkan anak-anak, perempuan, dan pengungsi yang sakit. “Selasa, 1 Oktober 2019, TNI menerbangkan 1.826 pengungsi ke luar Wamena,” kata Komandan Detasemen TNI AU Wamena Mayor Penerbang Arief Sudjatmiko, kemarin. Sejak kerusuhan pecah, TNI AU telah menerbangkan 6.472 pengungsi ke luar Wamena.
Kerusuhan di Wamena terjadi pada 23 September 2019. Sekelompok orang tiba-tiba menyerang warga dan membakar rumah penduduk dan kantor-kantor. Pada saat itu juga beredar kabar bahwa sejumlah siswa sekolah marah karena beredar kabar ada guru sekolah yang melontarkan ujaran rasial.
Akibat peristiwa itu, 33 orang meninggal dan 79 lainnya luka-luka. Sekitar 150 rumah dan toko terbakar. Kantor Bupati Jayawijaya dan sejumlah gedung pemerintah juga ikut dibakar. Lebih dari seratus kendaraan ikut dibakar.
Pemerintah Kabupaten Jayawijaya mencatat terdapat 7.278 warga yang trauma pascakerusuhan. Mereka masih berada di penampungan pengungsi, tersebar di lebih dari 59 titik.
WAYAN AGUS