TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Tim Percepatan Pembangunan 10 Destinasi Pariwisata Prioritas Kementerian Pariwisata Hiramsyah S. Thaib menyatakan kenaikan tarif pesawat udara yang terjadi awal Januari tahun ini menyebabkan turunnya kunjungan wisatawan hingga 25 persen. Kunjungan Wisatawan Turun 25 Persen
“Kami bicara straight forward saja, yaitu turun dari biasanya. Target kami tahun ini kan 18 juta,” kata Hiramsyah seperti dilansir Bisnis.com, Rabu 2 Oktober 2019.
Menurut dia, kinerja pariwisata sangat bergantung kepada tiga hal, yakni atraksi, amenitas, dan akses.
Atraksi umumnya terdiri atas budaya, alam, dan buatan manusia. Dari sisi atraksi, Indonesia sangat kaya dan tidak ada tandingannya di seluruh dunia. Indonesia memiliki lebih dari 17.000 pulau dengan 800 etnis suku.
Sedangkan amenitas adalah segala fasilitas penunjang pariwisata yang dibutuhkan oleh wisatawan. Mencakup hotel, restoran, maupun sarana lain yang digarap oleh sektor swasta.
Dan, aksesibilitas meliputi bandara dan maskapai penerbangan, kata dia, menjadi perhatian utama pemerintah. Pasalnya aksesibilitas dinilai masih banyak kekurangan.
Dia berpendapat industri penerbangan perlu mendapatkan perhatian khusus, karena belum bisa terpadu untuk mendongkrak pertumbuhan sektor pariwisata di Tanah Air.
Bagi dia, penerbangan dengan konektivitas harus dilihat sebagai jembatan udara. Jembatan udara juga bisa masuk dalam bagian dari infrastruktur yang harus diregulasi karena berdampak luas terhadap masyarakat. Sayangnya, saat ini harga tiket khususnya rute domestik menjadi permasalahan utama.
Hiramsyah tidak ragu menyebutkan realisasi jumlah kunjungan wisatawan mancanegara 2019 tidak bisa mencapai target yakni sebesar 18 juta orang, salah satunya dipicu lonjakan tarif penerbangan.