"Pembangunan Bandara Jenderal Besar Soedirman dilakukan benar-benar dari awal oleh Angkasa Pura II. Ini merupakan suatu kehormatan bagi kami, dan kami optimistis bisa mengembangkan bandara ini menjadi salah satu motor perekonomian di Jawa Tengah," ujar Awaludin.
Landasan pacu merupakan salah satu infrastruktur penting yang menjadi prioritas pembangunan saat ini. Pada Tahap I runway dibangun untuk melayani operasional penerbangan pesawat ATR 72-600 dan sejenis, lalu kemudian dilakukan pengembangan hingga Tahap III yang akan membuat bandara ini dapat didarati pesawat sekelas Boeing 737 dan Airbus A320.
Awaludin menuturkan, untuk pembangunan terminal penumpang pesawat juga dilakukan secara bertahap, di mana pada Tahap I berkapasitas 98.812 penumpang per tahun, lalu Tahap II berkapasitas 440.440 penumpang per tahun, kemudian Tahap III berkapasitas sekitar 600 ribu penumpang per tahun.
Selain itu, dalam pembangunan tahap I juga mencakup apron untuk mengakomodir tiga unit pesawat ATR 71 dan yang sejenis.
Sebagai informasi, proyek bandara ini terletak di kawasan Pangkalan TNI AU Jenderal Besar Soedirman. Pada April 2019, AP II dan TNI AU menandatangani Perjanjian Kerja Sama (PKS) agar pembangunan infrastruktur sudah dapat dimulai.
AP II dan TNI AU juga telah menyepakati Daerah Lingkungan Kerja (DLKr), yakni DLKr I seluas 4,42 hektare guna diusahakan sebagai bandara meliputi terminal kargo, terminal penumpang, bangunan operasional atau perkantoran dan fasilitas sisi darat lain.
Lalu, DLKr II seluas 43,5 hektare guna penggunaan bersama (penerbangan sipil dan militer) meliputi runway, RESA (runway end safety area), stopway, taxiway, PKP-PK (Pertolongan Kecelakaan Penerbangan dan Pemadam Kebakaran), fasilitas bersama, dan pagar pengamanan bandara.
EKO WAHYUDI