TEMPO.CO, Jakarta - Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air akhirnya rujuk dan kembali melanjutkan kerja sama manajemen atau KSM setelah sebelumnya sempat berselisih. Direktur Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara Kementerian Perhubungan Captain Avirianto mengungkapkan, sebelum memutuskan untuk rujuk, perwakilan kedua maskapai itu berkali-kali berkonsultasi denganKemenhub.
"Mereka (Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air) hampir setiap hari ketemu kami," ujar Avirianto saat dihubungi Tempo pada Selasa petang, 1 Oktober 2019.
Menurut Avirianto, layaknya pasangan yang sedang berselisih, kedua entitas itu juga sempat menghadap Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi untuk berkonsultasi. Avirianto mengatakan, Budi Karya sempat memberikan nasihat keduanya untuk memperbaiki hubungan bisnis.
Adapun sehari sebelum rujuk, menurut Avirianto, Budi Karya meminta Sriwijaya Air untuk memperhatikan nasib penumpang. Sebab, saat ini Sriwijaya memiliki pasar 13 persen dari total penumpang rute domestik. "Waktu itu pak Menhub bilang jangan bikin yang bagus jadi jelek. Kan chaos juga ribuan penumpang," ujarnya.
Budi Karya belum mengkonfirmasi kebenaran pertemuan itu. Namun, di beberapa kali kesempatan Budi Karya meminta Garuda Indonesia dan Sriwijaya Air berhati-hati mengambil keputusan.
Seusai menemui pihak Kemenhub, Avirianto bercerita Garuda dan Sriwijaya Air juga sowan ke kantor Menteri BUMN Rini Soemarno. Keduanya akhirnya mantap untuk melanjutkan kerja sama setelah berkonsultasi dengan Rini.
Rini sebelumnya membenarkan pertemuan itu. "Alhamdulillah, kemarin upaya mereka rapat, tadi saya baru dikasih laporan, semua berjalan lancar,” kata dia.
Rujuknya Sriwijaya Air dan Garuda Indonesia disampaikan dalam konferensi pers di kantor Garuda pada 1 Oktober 2019. Direktur Utama PT Citilink Indonesia Juliandra Nurtjahjo mengatkan kelanjutan kesepakatan ini dilakukan untuk menyelamatkan ekosistem penerbangan. "Kami ingin ekosistem penerbangan makin lama makin sehat. Maka kami berkomitmen melanjutkan KSM secepat-cepatnya," kata Juliandra.
Juliandra mengatakan kelanjutan kerja sama ini merupakan bagian dari program penyelamatan perusahaan maskapai penerbangan sebagai salah satu aset negara. Lebih jauh, kesepakatan ini juga mempertimbangkan kepentingan konsumen.
Menurut Juliandra, Kementerian BUMN sebelumnya telah memfasilitasi komunikasi antara Garuda Indonesia dan Sriwijaya Group. Rekonsiliasi keduanya pun merupakan hasil arahan dari Menteri BUMN.
"Kami berharap komitmen dan momentum yang baik ini dapat menjadi titik balik atau turning poin bagi Sriwijaya untuk senantiasa mengedepankan safety atau kalaikan terbang," ucap dia.
Dengan berlanjutnya kerja sama antara kedua entitas itu, Garuda Maintenance Facility atau GMF sebagai bengkel penyedia perawatan pesawat alias MRO milik Garuda Indonesia akan kembali menangani pesawat-pesawat milik Sriwijaya. GMF pun akan segera memberikan dukungan, termasuk penyediaan suku cadang, untuk operasional penerbangan Sriwijaya Air.