TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom DBS Indonesia Masyita Crystallin memperkirakan fenomena alam El-Nino yang berpotensi menyebabkan kekeringan di berbagai daerah tak meningkatkan risiko tekanan inflasi hingga akhir 2019.
Masyita menyebutkan, hingga September 2019, inflasi dari kelompok makanan--kelompok yang paling rentan terhadap pengaruh cuaca--tetap rendah. Selain itu, faktor-faktor tekanan inflasi lainnya, seperti harga emas telah berkurang dibanding Agustus 2019, dan pengaruh harga bahan bakar minyak netral.
"Mengingat inflasi makanan tipis, meskipun ada El Nino dan harga eceran bahan bakar dalam negeri tetap, inflasi kemungkinan tetap di bawah sasaran menengah BI, di angka 3,5 persen," kata Masyita di Jakarta, Selasa, 1 Oktober 2019.
Inflasi di dalam negeri yang berada di bawah titik tengah sasaran bank sentral itu, menurut dia, memberi ruang untuk Indonesia dalam melonggarkan kembali kebijakan moneter ataupun makroprudensial yang lebih agresif dibanding yang sudah ditempuh. BI sejak awal Januari 2019 hingga September 2019 memangkas suku bunga acuan kebijakan moneter sebesar 0,75 persen menjadi 5,25 persen tahun ini.
"Inflasi yang stabil menjelang akhir 2019 menyediakan ruang bagi BI seandainya harus melakukan pelonggaran keuangan lebih agresif saat momentum pertumbuhan melambat," kata Masyita.