Kinerja sektor ritel memang tercatat melemah dalam beberapa tahun terakhir. Sejumlah gerai ritel domestik harus ditutup hingga pengurangan jumlah pekerja sebagai langkah efisiensi harus ditempuh. PT Hero Supermarket Tbk misalnya sejak pertengahan tahun lalu sudah menutup lebih dari 30 gerai Giant yang dinaunginya. Hal serupa juga dialami oleh PT Matahari Putra Prima Tbk yang menutup enam gerai Hypermart tahun lalu.
Fernando berujar di tengah kondisi yang menantang, peritel berupaya bertahan untuk tetap mencatatkan kinerja positif. Dukungan dari pemerintah juga dibutuhkan untuk mempercepat proses pemulihan kinerja industri. “Banyak hal yang sudah kami sampaikan, utamanya kami meminta pemerintah harus mampu membuat persaingan antara ritel online dan offline agar semakin adil,” kata dia.
Selama ini, peritel konvensional masih terus menunggu komitmen pemerintah untuk memberikan regulasi yang sama untuk ritel online atau e-commerce, misalnya dari sisi ketentuan perpajakan. “Kami berharap segera direalisasikan kebijakan tersebut dengan dasar undang-undang transaksi elektronik.”
Dia menambahkan industri juga berharap adanya insentif khusus untuk sektor ritel layaknya industri manufaktur, mulai insentif perpajakan ataupun stimulus pendukung lainnya. “Terlebih kami ini juga industri padat karya dengan lebih dari 20 juta pekerja di sektor ritel, dan memiliki peran utama untuk mendorong konsumsi masyarakat yang menopang pertumbuhan ekonomi,” ujar Fernando. Selain itu, stabilitas politik dan keamanan juga diharapkan terus terjaga.
Adapun upaya peritel untuk mendiversifikasi fokusnya pada segmen bisnis non makanan mulai menunjukkan kinerja positif. Direktur PT Hero Supermarket Tbk Wahyu Trikusumo berujar kontribusi gerai kesehatan dan kecantikan, Guardian dan gerai furnitur serta perabotan rumah tangga IKEA terus meningkat.