TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara mengatakan Indonesia membutuhkan lebih dari Rp 100 triliun dalam sepuluh tahun ke depan untuk mengejar ketertinggalan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi dari negara-negara tetangga.
"Kita ini masih ketinggalan, jadi harus terus membangun infrastruktur," ujar dia di Kantor Kementerian Komunikasi dan Informatika, Jakarta, Selasa, 1 Oktober 2019.
Indeks ICT Indonesia di ASEAN, kata dia, masih di bawah beberapa negara tetangga, seperti Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, bahkan Brunei Darussalam. "Brunei dari segi indeks lebih tinggi karena negaranya kecil, jadi lebih gampang bangunnya."
Belum lagi, dari segi pengeluaran untuk infrastruktur ICT pun duit yang digelontorkan Indonesia masih lebih kecil dari negara lain, yaitu hanya 0,1 persen dari Produk Domestik Bruto. Sementara, Thailand 0,3 persen dan Malaysia 0,3 persen dari PDB.
Kalau dihitung secara matematis, tutur Rudiantara, pemerintah Malaysia membelanjakan ICT untuk penduduknya hampir 18-20 kali dibanding pemerintah Indonesia. "Jadi ini kita ketinggalan, ingat infrastruktur, infrastruktur, infrastruktur."
Rudiantara mengatakan sejumlah infrastruktur komunikasi dan informatika yang telah digarap pemerintahan Presiden Joko Widodo dalam lima tahun ke belakang adalah Palapa Ring. Berikutnya, adalah pembangunan satelit multifungsi pertama. Pembangunan itu, menurut dia, harus dilanjutkan lagi di periode kedua.
"Kita butuh satelit yang kedua, ketiga, kalau enggak nanti akan semakin ketinggalan terus," ujar Rudiantara.
Mei lalu, Kominfo telah menandatangani perjanjian kerja sama, penjaminan, dan regres proyek pengadaan Satelit SATRIA atau Satelit Republik Indonesia.
"Kerja sama Kementerian Kominfo dengan badan usaha itu untuk merancang, mendesain, memanufaktur, meluncurkan, memelihara, dan mengoperasikan satelit untuk 15 tahun," kata Rudiantara seusai penandatanganan kerja sama di Jakarta, Jumat, 3 Mei 2019.
Badan Aksesibilitas Telekomunikasi dan Informasi (BAKTI), sebagai lembaga di bawah Kominfo, sebelumnya telah mengadakan lelang pengadaan satelit dan menetapkan konsorsium PT Satelit Nusantara Tiga, yang seringkali disebut PSN, sebagai pemenang.
Konsorsium PSN itu terdiri dari PT Pintar Nusantara Sejahtera, PT Pasifik Satelit Nusantara, PT Dian Semesta Sentosa, dan PT Nusantara Satelit Sejahtera.
Satelit multifungsi SATRIA, setelah melalui tahapan pemenuhan pembayaran (financial closing), akan mulai dibangun pada akhir 2019 Thales Alenia Space, Prancis. Perancangan satelit memerlukan waktu 3,5 tahun. "Jadi pada akhir 2022, diharapkan satelitnya sudah meluncur, sudah ada di slot orbit," kata Rudiantara.
Satelit multifungsi SATRIA merupakan salah satu proyek pemerintah untuk penyediaan akses Internet cepat di wilayah-wilayah yang tidak terjangkau kabel serat optik.
CAESAR AKBAR