TEMPO.CO, Jakarta - Sebagai kreditor PT Sriwijaya Air, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. akan terus mengawasi kondisi bisnis perusahaan tersebut.
"Kami berharap setiap perselisihan internal apa pun dapat diselesaikan dengan cepat, sehingga tidak berpotensi mengganggu operasional maskapai," kata Direktur Bisnis Korporasi BNI Putrama Wahju Setyawan kepada Bisnis, Selasa, 1 Oktober 2019.
Putrama menyampaikan bahwa Sriwijaya merupakan debitur yang masuk dalam pengawasan perseroan. Dia berharap, maskapai tersebut dapat menyelesaikan permasalahannya, sehingga mampu memenuhi kewajiban.
Berdasarkan catatan Bisnis, Sriwijaya Air memiliki beban tanggungan ke BNI sebesar Rp 585 miliar.
Namun, Putrama menyampaikan posisi utang Sriwijaya sudah berkurang dari posisi sebelumnya. Menurutnya, kualitas utang Sriwijaya dalam kondisi yang baik.
"Fasilitas kredit mereka berjalan diangsur sampai dengan jatuh tempo," ujarnya tanpa menyebutkan nominal fasilitas kredit Sriwijaya Air.
Manajemen PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Sriwijaya Air bersepakat melanjutkan kerja sama manajemen atau KSM setelah adanya perselisihan. Sriwijaya Air akan kembali mengatur rute setelah kerja sama manajemennya dengan Garuda Indonesia berlanjut. Direktur Quality, Safety, dan Security PT Sriwijaya Air Toto Soebandoro mengatakan entitasnya perlu waktu untuk memulihkan pesawat-pesawat yang sebelumnya telah di-grounded atau dikandangkan.
“Nanti pesawat-pesawat yang ada saat ini kami lakukan dulu perawatan, biar semua normal dulu. Kemudian, dari (direktur) komersial akan menentukan pesawat-pesawat itu akan dijual untuk rute mana,” ujar Toto saat dihubungi Tempo pada Selasa, 1 Oktober 2019.
BISNIS | FRANCISCA CHRISTY ROSANA