TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Garuda Berjangka Ibrahim memperkirakan nilai tukar rupiah masih akan tertekan di Hari Kesaktian Pancasila kali ini. “Sentimen investor tetap rapuh,” ujarnya, seperti dikutip dari keterangan resmi, Senin, 30 September 2019.
Ia memperkirakan pasar bakal mengabaikan berita bahwa pemerintahan Amerika Serikat akan mempertimbangkan kembali rencana menghapus perusahaan Cina yang terdaftar di pasar saham AS. Padahal seharusnya berita tersebut menjadi sentimen positif aset berisiko.
Kurs upiah, menurut Ibrahim, masih akan melemah disebabkan data eksternal dan sejumlah demonstrasi yang meningkatkan sentimen risiko di Indonesia. Dari perhitungannya, rupiah diperkirakan bergerak di kisaran Rp 14.160 per dolar AS hingga Rp 14.210 per dolar AS.
Selain itu, pasar akan menanti rilis Inflasi Jerman, pertumbuhan ekonomi Inggris, dan indikator manufaktur AS. Semua data tersebut yang dirilis lebih rendah daripada yang diharapankan pasar akan menimbulkan risiko sentimen yang rapuh.
Dari dalam negeri, BPS akan merilis angka inflasi periode September 2019. Berdasarkan ekspektasi para analis akan terjadi deflasi sebesar 0,15 persen (MoM), sedangkan inflasi secara tahunan (yoy) diproyeksikan berada di level 3,52 persen.
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah kemarin ditutup di level Rp 14.195 per dolar AS. Angka itu melemah 0,16 persen atau 22,5 poin terhadap dolar AS.
BISNIS