TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Djati Wicaksono Hadi mengatakan kualitas udara di Kota Jambi mulai berangsur membaik. Perbaikan kualitas udara ini, kata Djati, dilansir dari informasi data partikular PM10 oleh Badan Meteorologi, Geofisika, Klimatologi (BMKG).
“Kota Jambi memang yang kemarin kondisi indeks standar pencemaran udaranya berbahaya, tapi sekarang sudah mulai sedang,” kata Djati dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu, 28 September 2019.
Menurut Djati, pejabat KLHK sudah turun ke Jambi dan memantau bahwa masyarakat di sana sudah bisa beraktivitas tanpa menggunakan masker. “Tapi pagi di Jambi sudah biasa, masyarakat sudah lalu lalang,” kata dia.
Empat hari lalu, kabut asap yang makin pekat akibat kebakaran hutan membuat warga Kota Jambi tak bisa keluar rumah. Dalam video dan foto yang banyak beredar, langit Jambi pun tampak memerah akibat kondisi ini.
Mereka hanya mengurung diri dalam rumah menghindari bahaya kabut asap yang mencekik pernafasan. "Walau tidak efektif, namun itulah yang bisa kami lakukan,” kata Aan Anwar, 40 tahun, warga Perumahan Kembar Lestari, Kelurahan Kenali Besar, Kecamatan Alam Barajo, Kota Jambi, kepada Tempo, Senin, 23 September 2019.
Senada pula dengan pernyataan Mardiana, 36 tahun. Ia tidak mampu berbuat banyak menghindari bahaya kabut asap. "Kami tidak bisa berbuat apa-apa, karena harus membuka kios pakaian di pasar Jambi, agar terpenuhinya kebutuhan hidup. Kami berharap kepada pemerintah, agar secepatnya melakukan langkah tepat menghilangkan kabut asap ini, misalnya dengan membuat hujan buatan," katanya.
Djati menambahkan, saat itu indeks pencemaran udara di Kota Jambi memang mencapai 463 ug/m3. Angka ini pun tergolong berbahaya. Tapi kualitas udara semakin membaik sehingga ada 27 September 2019, angkanya turun menjadi hanya 80 uq/m3.
Djati mengatakan, perbaikan ini terjadi karena jumlah hotspot atau titik panas juga turun dari 41 titik menjadi 3 titik. Selain itu, jarak pandang penerbangan mulai membaik, dari semula 1,6 kilometer pada 23 September menjadi 7 kilometer pada 27 September 2019.
FAJAR PEBRIANTO