Dalam rapat bersama DKPPU dan Direktur Angkutan Udara atau DAU, jajaran direksi baru Sriwijaya, kata Avirianto, berkeinginan mempertahankan operasional Sriwijaya. Avirianto merekomendasikan Sriwijaya untuk sesegera mungkin mencari provider pengganti setelah satu per satu kerja samanya lepas dengan Garuda Indonesia akibat dispute.
“Saat ini sih mereka masih punya sparepart, orang-orang dalemnya (engineer-nya) juga masih ada. Jadi enggak lepas total dari GMF,” ujarnya. Bila dalam 5 hari ke depan pesawat terus mengalami kemerosotan operasi, Avirianto mengatakan Sriwijaya bakal segera mengambil sikap.
Tempo telah menghubungi Komisaris Sriwijaya Air Jefferson Irwin Jauwena melalui telepon dan pesan pendek untuk mengkonfirmasi masalah ini. Namun, ia tidak merespons. Tempo juga menghubungi Direktur Quality, Safety, & Security Sriwijaya Toto Soebandoro. Akan tetapi, Toto enggan memberikan komentar. “Saya tidak berkompeten untuk menjawabnya,” ucapnya.
Dalam salinan data fleet Sriwijaya Air yang diterima Tempo per 27 September 2019, total maskapai perseroan yang beroperasi pada hari itu tinggal 11. Sedangkan maskapai Sriwijaya seluruhnya berjumlah 30 unit. Normalnya, 27 maskapai beroperasi setiap hari. Namun saat ini ada sekitar 18 maskapai di-grounded dan satu sisanya diposisikan sebagai cadangan.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA