TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Biro Hubungan Masyarakat, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Djati Wicaksono Hadi menyebut jumlah titik panas di tujuh daerah sudah mengalami penurunan selama lima hari terakhir. Meski demikian, Djati menyebut sampai saat ini upaya pemadaman masih terus dilakukan.
“Hot spot masih ada tapi tidak terlalu besar lagi, jauh menurun dari hari-hari sebelumnya,” kata dia dalam konferensi pers di Jakarta, Sabtu, 28 September 2019.
Pertama yaitu Riau. Berdasarkan pantauan Satelit Terra/Aqua (NAS) pada Rabu, 25 September 2019, KLHK mencatat jumlah titik panas hanya 1 titik. Angka ini kemudian naik menjadi 66 titik pada keesokan hari. Lalu, kembali menurun menjadi 8 titik pada Kamis, 26 September 2019. “Lalu tadi malam (Jumat, 27 September 2019) sudah tidak ada,” kata dia.
Kedua yaitu Jambi. Pada Senin, 23 September 2019, jumlah titik panas mencapai 41 titik. Naik menjadi 90 titik pada tiga hari kemudian. Jumlah titik panas naik drastis menjadi 90. Barulah pada Jumat, angkanya turun menjadi 3 titik panas.
Ketiga di Sumatera Selatan. Awalnya, terdapat 15 titik panas pada Senin. Lalu pada Jumat kemarin, KLHK mencatat sudah tidak ada lagi titik panas di daerah tersebut. Keempat yaitu Kalimantan Barat. Kondisinya sama. Dari 17 titik panas menjadi hilang atau dipadamkan total.
Kelima yaitu Kalimantan Tengah. Semula pada Senin, jumlah titik panas mencapai 368 titik. Dua hari kemudian, angka ini meningkat hampir dua kali lipat menjadi 607 titik. Setelah dilakukan upaya pemadaman, KLHK menyebut titik panas bisa dihilangkan.
Keenam yaitu Kalimantan Selatan yang awalnya terdapat 45 titik panas, kini berhasil dihilangkan. Terakhir yaitu Kalimantan Timur, dari semua 187 titik. Berkurang menjadi 9 titik saja. “Upaya pemadaman masih akan terus dilakukan, dengan water bombing atau dengan modifikasi cuaca,” kata Djati.
FAJAR PEBRIANTO