TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) tetap meningkatkan target penerimaan bea keluar tahun 2020 jika dibandingkan realisasi tahun ini. Direktur Jenderal Bea dan Cukai Kemenkeu Heru Pambudi mengatakan pihaknya telah mempertimbangkan tentang adanya proyeksikan pertumbuhan harga komoditas, jadi perlu ditingkatkan.
"Perencanaan pada tahun 2020 telah mempertimbangkan beberapa kemungkinan. Recoverynya atau mulai tumbuhnya harga komoditas," kata Heru di Kantor Pusat Bea Cukai, Jakarta Timur, 27 September 2019.
Penerimaan bea keluar per Agustus 2019 mengalami pertumbuhan negatif sebesar -53,25 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Bea keluar hanya terealisasi sebesar Rp 2,05 triliun, jauh di bawah Agustus 2018 yang mencapai Rp 4,38 triliun.
Target bea keluar dipatok di atas outlook 2019 yang berada di angka Rp2,29 triliun. Target bea keluar pada 2020 ditetapkan di angka Rp2,6 triliun.
Heru juga mengungkapkan alasan lain tentang peningkatan target tersebut dikarenakan, ada beberapa tambang yang mulai beroperasi terutama tembaga sehingga bea keluar diproyeksikan kembali meningkat.
"Artinya itu hanya dari potensi pertumbuhan saja bukan karena ekstensifikasi yang ekstrim," tambahnya.
Heru menuturkan naiknya target pendapatan dari bea keluar pada 2020 untuk menjaga pasokan domestik dengan instrumen fiskal. "Ya sebenarnya fungsi bea keluar itu adalah untuk mengatur saja. Revenue bukan target utama," kata Heru
Menurut dia, pengenaan bea keluar juga bertujuan untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri. "Utamanya untuk menjaga kepastian suplai dari domestik, maka kemudian kita bisa infus dengan pengenaan bea keluar sehingga dia menjual di domestik saja," tuturnya.
Kemudian untuk sampai Agustus 2019 penerimaan pajak asal sektor pertambangan mengalami kontraksi minus 16,3 persen jika dibandingkan tahun lalu dan realisasinya baru sampai Rp 40,21 triliun.
Selanjutnya, Badan Pusat Statistik (BPS) pun mencatat ekspor produk pertambangan pada 2019 secara kumulatif hingga Agustus menunjukkan pertumbuhan minus 17,73 persen akibat menurunnya ekspor bijih tembaga. Lalu untuk ekspor pertambangan mulai Januari hingga Agustus 2019 mencapai US$16,35 miliar, lebih rendah dari tahun 2018 yang pada periode yang sama mencapai US$19,87 miliar.
EKO WAHYUDI | BISNIS.COM