TEMPO.CO, Jakarta - Pasca gempa Ambon berkekuatan 6,8 SR, aktivitas di Pelabuhan penyeberangan Hunimua Desa Liang menuju Pelabuhan Waipirit Desa Kairatu pullih, Pelabuhan penyeberangan tersebut sempat tidak beroperasi selama sehari saat gempa Ambon mengguncang.
"Sesuai hasil evaluasi yang kami lakukan di lapangan pada sejumlah pelabuhan penyeberangan di daerah ini seusai gempa tidak ada masalah, kecuali pelabuhan penyeberangan Waipirit menuju pelabuhan Hunimua Desa Liang yang mengalami keretakan pada beberapa bagian," ujar Pimpinan PT Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan (ASDP) Cabang Ambon Eddy Hermawan di Ambon, Jumat, 27 September 2019.
Edy menjelaskan, pelabuhan tidak dapat beroperasi pada Kamis kemarin, selain karena gempa Ambon juga karena tidak ada anak buah kapal yang bertugas. Sebab, 80 persen anak buah kapal (ABK) kapal fery yang beroperasi di jalur Hunimua-Waipirit bertempat tinggal di Kota Ambon. Karena terjadi gempa-gempa susulan, mereka khwatir pada sanak keluarga sehingga meminta izin tidak berlayar.
Terkait kerusakan akibat gempa Ambon, Eddy mengungkapkan, di Pelabuhan Waipirit terjadi retakan antara sambungan dari jalan ke arah dermaga. Di situ terjadi penurunan permukaan dermaga sekitar 15 hingga 20 sentimeter, dan terjadi pecahan dengan lebar sekitar satu meter.
Situasi dan kondisi itu memang berdampak pada aktivitas bongkar muat kapal fery, namun sudah diperbaiki untuk sementara waktu agar pelayaran kembali berjalan normal.
"Semua itu sudah kami laporkan kepada Direksi maupun instansi terkait, dalam hal ini Dinas Perhubungan," kata Eddy.
Pada prinsipnya, kata Eddy, pasca gempa Ambon, tidak ada kendala berarti di pelabuhan penyeberangan. Sehingga, Jumat ini sudah disiapkan dua kapal feri yakni KMP Rokatenda dan KMP Inalika, yang sudah beroperasi sejak pagi pukul 09.00 WIT.
ANTARA