TEMPO.CO, Jakarta - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi musim kemarau di Tanah Air masih akan berlangsung hingga awal Oktober atau pertengahan November 2019. "Musim kemarau masih berlangsung hingga pertengahan November, awal Oktober," kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG Mulyono R Prabowo, Kamis, 26 September 2019. "Namun di beberapa wilayah saat ini sudah masuk masa transisi ke musim penghujan."
Mulyono dalam Diskusi Media Forum Merdeka Barat dengan tema "Antisipasi Karhutla Berlanjut", itu menyebutkan musim hujan datang Indonesia dengan waktu yang tidak bersamaan karena wilayah Indonesia sangat luas.
Musim hujan umumnya merambat dari Sumatra bagian utara, tengah, selatan, lalu ke Kalimantan, kemudian Jawa, Bali, Nusa Tenggara Barat, dan terakhir di Nusa Tenggara Timur. "Dengan kata lain wilayah yang mengalami kemarau terpanjang di NTT," tuturnya.
Selain luasnya wilayah Indonesia, perbedaan lamanya musim kemarau juga tergantung letak geografis di wilayah tersebut. Tak jarang, satu daerah dengan daerah lain dalam satu provinsi juga bisa memiliki masa peralihan yang berbeda.
Dari posisi yang ada, kata Mulyono, kebetulan Sumatera ini timurnya terlindungi Semenanjung Malaysia dan memberikan pengaruh terhadap iklimnya. "Untuk waktu tertentu, bagian barat pada umumnya lebih basah daripada timur. Meski satu Provinsi Riau, tapi bagian tengah lebih basah daripada timur. Letak geografis ini membuat karakteristik Riau barat dan timur berbeda," ucapnya.
Sementara untuk puncak musim hujan, BMKG memprediksi pada umumnya akan terjadi pada Januari dan Februari, di mana di beberapa tempat, seperti di Sumatera bagian barat cenderung akan terjadi lebih awal.
ANTARA