TEMPO.CO, Jakarta - Bank Indonesia atau BI membantah pernah mengeluarkan data individual mengenai peringkat dompet elektronik dari sisi penggunaan. "BI tidak pernah mengeluarkan atau publikasi data individual," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI, Onny Widjanarko saat dihubungi, Rabu, 25 September 2019.
Pernyataan Onny merespons informasi terkait dengan klaim yang menyebutkan OVO sebagai pemimpin pasar dalam penggunaan dompet elektronik atau uang elektronik yang merujuk data BI.
Peringkat e-wallet sebelumnya pernah dipublikasikan oleh iPrice group yang bekerjasama dengan perusahaan analisis terpercaya, App Annie. Studi itu merilis ranking 10 besar e-wallet sejak 2017 sampai 2019.
Posisi teratas ditempati oleh GoPay dan di posisi berikutnya ada OVO berdasarkan jumlah unduhan atau download aplikasi. Sedangkan DANA dan LinkAja berada di posisi ketiga dan keempat.
Tim peneliti iPrice juga mengumpulkan data tentang jenis layanan yang disediakan dari 38 aplikasi e-Wallet dan e-money yang tersedia di Indonesia. Berdasarkan laporan dari internet ASEAN Nomura: Membuka dompet ponsel, Go-Pay memiliki 10 jenis layanan dan merupakan yang terbanyak.
Dalam rilis itu, GoPay memiliki 10 jenis servis pembayaran karena ada opsi transaksi ride-hailing. Lalu LinkAja 9 variasi servis, dan PayTren punya 8 tipe servis. Sedangkan DANA dan OVO menawarkan 7 tipe layanan pembayaran.
Dihubungi terpisah, Head of public relation OVO Sinta Setyaningsih tidak merepons pertanyaan Tempo soal peringkat dompet elektronik di Indonesia. Dia mengatakan saat ini OVO fokus untuk mendorong tingkat adopsi transaksi digital serta mengakselerasi inklusi keuangan.
Lebih jauh ia menyatakan, masih banyak edukasi yang harus dilakukan dari pihak OVO ke masyarakat di Tanah Air. " Terlebih dalam kondisi pasar yang terus berkembang," kata Setya saat dihubungi.
ANTARA