TEMPO.CO, Jakarta - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG melanjutkan pelemahan ke level 6.130,112 usai dibuka pada pukul 10.01 WIB, Rabu 25 September 2019. IHSG tercatat melemah sebesar 7,49 poin atau setara dengan 0,12 persen.
Pelemahan ini melanjutkan pelemahan yang terjadi pada Selasa 24 September 2019.
Berdasarkan data RTI, sepanjang perdagangan IHSG sempat menguat tipis ke level 6.139,247 meski akhirnya masih loyo juga. Sebanyak 146 saham perusahaan tercatat melemah, 141 saham perusahaan tercatat tak bergerak dan hanya 173 saham perusahaan yang menguat. Akibat pelemahan ini, Rp 280,99 miliar dana asing keluar dari pasar saham.
Analis Binartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta memperkirakan IHSG masih akan melanjutkan pelemahan pada hari ini. Hal itu terlihat lewat analisa teknikal berdasarkan indikator, MACD yang berada di area negatif. Selain itu, indikator Stochastic sudah berada di area oversold dan RSI menunjukkan sinyal negatif.
"Di sisi lain, terlihat pola black opening bozu candle yang mengindikasikan adanya potensi bearish continuation pada pergerakan IHSG sehingga berpeluang menuju ke area support," kata Nafan kepada Tempo, Rabu 25 September 2019.
Nafan memperkirakan level support pertama maupun kedua IHSG hari ini akan berada pada rentang 6105.09 hingga 6022.60. Sementara itu, level resistance pertama maupun kedua diperkirakan berada pada rentang 6154.22 hingga 6206.20.
Direktur Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan dari dalam negeri sentimen pelemahan IHSG datang akibat kekhawatiran pelebaran current account deficit (CAD). Kekhawatiran datang setelah harga minyak dunia melesat jauh usai kilang minyak Aramco diserang.
"Selain itu, ada faktor demo juga beberapa hari ini. Khususnya beberapa substansi aturan RKUHP yang menganggu publik sehingga ada koreksi di pasar dan asing ada keluar sedikit," kata Hans ketika dihubungi Tempo, Selasa 24 September 2019.
Seperti diketahu, aksi demo mahasiswa yang menuntut dicabutnya sejumlah rancangan undang-undang seperti Pertanahan, RUKHP, RUU Minerba pecah di berbagai kota. Demo mahasiswa tersebut juga menuntut pemerintahan Presiden Joko Widodo atau Jokowi bersama Dewan Perwakilan Rakyat mencabut UU KPK yang telah disahkan.
Selain efek demo mahasiswa , sentimen negatif juga datang dari efek pertemuan antara Amerika Serikat dan Cina yang membahas perang dagang. Pasar khawatir, tidak adanya titik temu terkait perang dagang, setelah Cina keluar dari Amerika sebelum melakukan peninjauan di daerah pertanian.
Sentimen eksternal juga datang usai indeks manufaktur Jerman dan Eropa tercatat menurun. Hal ini membuat pasar melihat adanya potensi terjadinya resesi ekonomi di Eropa yang berbuntut pada memerahnya IHSG.
DIAS PRASONGKO