TEMPO.CO, Jakarta – Komisi Pemberantasan Korupsi melakukan operasi tangkap tangan alias terhadap pejabat Perusahaan Umum Perikanan Indonesia atau Perum Perindo pada Senin petang, 23 September 2019. Dalam operasi senyap, diduga tiga direksi dan enam pegawai terseret dalam OTT KPK itu.
“KPK mengamankan total sembilan orang di Jakarta dan Bogor pada siang dan malam ini," kata Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Laode Muhammad Syarif dalam keterangan tertulis, Senin, 23 September 2019.
Berdasarkan profil yang dihimpun Tempo melalui situs resminya, Perum Perindo merupakan perusahaan yang bergerak di lini usaha perikanan dan kelautan yang beroperasi dari hulu ke hilir. Perusahaan pelat merah ini telah eksis selama 29 tahun.
Perum Perindo terbagi dalam empat kelompok lini usaha yang meliputi praproduksi, produksi, pengoperasian kapal, dan pascaproduksi. Pertama, praproduksi dilakukan di kawasan perikanan. Untuk kawasan perikanan, Perum Perindo memiliki agenda kepelabuhanan yang dilengkapi dengan jasa utilitiesnya. Misalnya tambat labuh, pemanfaatan lahan industri termasuk lahan sewa, dan docking.
Selanjutnya, Perum Perindo juga menyediakan fasilitas pabrik es, ruang penyimpanan dingin atauy cold storage, air bersih, jaringan telepon, listrik, dan jaringan data.
Tahap kedua adalah produksi. Perusahaan BUMN ini mengelola tambak udang, tambak bandeng, keramba jaring apung, dan pabrik pakan. Ketiga, pengoperasian kapal. Pengoperasian kapal ini melingkupi kapal penangkap ikan dan kapal pengangkut ikan.
Keempat, pascaproduksi yang meliputi pemasaran dan pengolahan. Pada tahap ini, Perum Perindo memiliki agenda untuk memperdagangkan ikan dan hasil laut, mengolah ikan dan hasil laut, serta ekspor dan impor.
Saat ini Perum Perindo tercatat memiliki enam kantor cabang. Di antaranya di Belawan, Muara Baru, Pekalongan, Brondong, Pemangkat, Karawang. Perindo juga memiliki 23 unit bisnis yang melayani perdagangan, operasi kapal, operasi CS/UP, tambak, dan keramba jaring apung. Unit ini tersebar di seluruh Indonesia. Beberapa di antaranya adalah Natuna, Bengkayang, Prigi, Singaraja, Singaraja, Sinjai, Tual, Sorong, dan Merauke.
Perindo kemudian tercatat memiliki 12 pengembangan yang melayani pengelolaan SPKT, pengelolaan CS/UPI, tambak, dan PKBL. Beberapa di antaranya berada di Timika, Pulau Seram Barat, Cilacap, Gorontalo, dan Mentawai.
Pada 2014, Perindo mencatatkan pemasaran hasil perikanan mencapai 1.600 ton. Angka pemasaran pada 2017 naik menjadi 25 ribu ton, dan pada 2018 melonjak dua kali lipat menjdi 50 ribu ton. Pada 2021, hasil pemasaran mereka ditargetkan meningkat lima kali lipat menjadi 250 ribu ton.
Saat ini, Perum Perindo memiliki tiga direktur, yang semuanya kini terjerat OTT KPK. Ketiganya adalah Direktur Utama Risyanto Suanda, Direktur Keuangan Arief Goentoro, dan Direktur Operasional Farida Mokodompit.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA | HENDARTYO HANGGI