TEMPO.CO, Jakarta - PT Pertamina Hulu Energi (PHE) telah menjangkau sumur YYA-1, sumber tumpahan minyak di perairan Karawang. Penutupan sumur langsung dilakukan dengan menginjeksi fluida berupa lumpur.
Pertamina menjangkau sumur tersebut dengan mengebor sumur baru atau relief well. Proyek yang dimulai sejak 1 Agustus lalu itu dikerjakan bersama perusahaan asal Amerika yang berpengalaman mematikan sumur yaitu Boots & Coots. Pengeboran dilakukan dari rig Soehanah yang berjarak satu kilometer dari anjungan YY tempat sumur YYA-1 berada.
Sumur itu dibor secara miring hingga kedalaman 2.765 meter untuk bisa terhubung dengan YYA-1. VP Corporate Communication PT Pertamina (Persero) Fajriyah Usman menyatakan kedua sumur tersambung kemarin pagi. Segera setelah tersambung, lumpur disalurkan untuk menyumbat sumur. "Saat ini masih dalam fase monitoring selama 24 jam," kata dia kepada Tempo, Ahad 22 September 2019.
Direktur Operasi dan Produksi sekaligus Commander Incident PHE Taufik Adityawarman menyatakan pengawasan diperlukan untuk memastikan tak ada anomali dari proses isolasi sumur itu. Menurut dia, proses injeksi hingga pengawasan memakan waktu sekitar dua hari.
"Setelah dinyatakan berhasil kami akan memulai tahap plug and abandon, penutupan sumur secara permanen," kata dia. Pada tahap ini Pertamina akan memasang alat pencegah semburan minyak atau blow out preventer untuk menghindari ledakan sumur. Dengan begitu, sumur aman ditinggalkan dan anjungan aman didatangi petugas.
Usai sumur ditutup permanen dan dipastikan aman, Pertamina akan memulai investigasi menyeluruh penyebab bocornya sumur YYA-1. Direktur Hulu Pertamina Dharmawan H. Samsu menyatakan investigasi telah berjalan namun pihaknya perlu mengunjungi anjungan untuk menyelidiki lebih komprehensif.
Menurut dia, dugaan awal penyebab kejadian ini adalah perubahan posisi anjungan akibat gelembung gas mengenai salah satu kaki anjungan. Tiang yang dipancang hingga kedalaman 60 kaki itu miring hingga 13 derajat. "Kemiringan ini yang kelihatannya menyebabkan spill dari anjungan," kata dia.
Untuk itu Pertamina hingga saat ini masih menahan posisi anjungan agar tak bertambah miring. Dua tali diikatkan ke kaki anjungan dan dihubungkan ke alat pengerek di tongkang. Kapal itu ditambatkan dengan enam jangkar besar agar mampu menahan posisi dengan stabil. Meski masih spekulasi dan butuh investigasi lebih lanjut, Dharmawan mengatakan kebijakan ini perlu diambil untuk mencegah risiko terburuk.