TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Perhubungan berencana mengembangkan konsep transportasi massal autonomus rail rapid transit atau ART di calon ibu kota baru. ART merupakan sistem angkutan massal berbasis smart mobility.
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan, ART dapat menekan biaya investasi lantaran tidak perlu membangun jalur rel. "Tapi kami akan mengkaji lebih lanjut karena ini termasuk teknologi yang baru," ujar Budi Karya dalam keterangan tertulis, Jumat, 20 September 2019.
ART adalah transportasi penumpang perkotaan berbentuk kereta, namun tidak menggunakan jalur rel seperti bus yang melaju di busway. Adapun ART mulanya dikembangkan oleh CRRC Zhuzhou Institute Co Ltd, perusahaan transportasi asal Cina.
Namun, sebelum menggunakan ART, Budi Karya menyatakan akan mengembangkan mode transportasi bus terlebih dahulu.
Adapun seluruh transportasi di bakal ibu kota baru akan sejalan dengan konsep kota pintar atau smart city.
Konsep smart city mengharuskan sistem transportasi yang ada ramah lingkungan dan berteknologi tinggi. Gubernur Kalimantan Timur Isran Noor mengatakan daerahnya merupakan paru-paru dunia yang alamnya harus dijaga. "Maka seluruh pembangunan ibukota baru harus ramah lingkungan supaya tidak kehilangan paru-paru dunia," tutur Isran.
Menurut Isran, 60 persen dari lahan ibu kota baru bakal dibangun ruang terbuka hijau. Selain itu, mesti ada reboisasi. "Hutan jangan sampai tertanggu polusi. Kalimantan ini diawasi seluruh dunia bukan hanya Indonesia," katanya.
Kepala Badan Litbang Kemenhub Sugihardjo menjelaskan, transportasi di kawasan ibu kota baru akan dibuat lebih ramah lingkungan. Ia mengatakan, 65 persen dari ibukota baru tersebut harus terdiri dari ruang terbuka hijau.
Adapun beberapa infrastruktur sarana dan prasarana yang direncanakan akan dibangun di ibu kota baru yang menjadi pusat pemerintahan Indonesia tersebut. Infrastruktur yang disiapkan antara lain jalur pedestrian, e-bike, e-scooter, juga LRT serta MRT.
FRANCISCA CHRISTY ROSANA