Keempat, pelaku bisnis hotel dan restoran PHRI (Perhimpunan Hotel dan Restoran) Riau yang merugi karena tingkat hunian hotel dan omzet usaha turun. Sebab, banyak kunjungan masyarakat dan event meeting atau convention yang dibatalkan akibat ketidakpastian jadwal pesawat. Potensi penurunan tingkat hunian pun diprediksi mencapai 40 persen.
Kelima yaitu pelaku bisnis sektor UMKM yang tergabung dalam HIKMARI (Himpunan Industri Kecil Makanan dan Minuman Riau). Kholis menyebut para pengusaha ini mengalami penurunan omzet 30 sampai 40 persen. Penyebab utama adalah terhambatnya mobilitas bahan baku dan produk kepada konsumen.
Keenam yaitu industri perkebunan dan kehutanan, GAPKI (Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia) Riau dan APHI (Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia) Riau. Kebakaran hutan ini, kata Kholis, telah mengganggu stamina dan kesehatan para karyawan, maupun para vendor terkait.
Sementara itu, Ketua Umum Kadin Riau Juni Ardianto Rachman mengatakan dampak terbesar memang dirasakan oleh sektor usaha perhotelan dan pariwisata. Sebab, kunjungan wisatawan menjadi berkurang akibat bencana ini.
Dampak terbesar juga dirasakan oleh sektor kuliner yang di saat bersamaan, tengah digalakkan oleh Pemerintah Provinsi Riau. “Orang lokal sendiri juga sudah malas keluar rumah,” kata Juni.
Ketua PHRI Riau Nofrizal menilai apa yang terjadi saat ini sudah berdampak sistemik, melihat banyaknya sektor usaha yang kena imbas. Saat ini, kata dia, masyarakat Riau mengurangi aktivitas di luar rumah hingga mengungsi ke daerah tetangga seperti Sumatera Barat atau Kepulauan Riau.
Khusus di Kota Pekanbaru, tingkat hunian hotel diperkirakan turun 20 sampai 30 persen akibat kebakaran hutan dan lahan. “Jadi yang jelas, secara bisnis, seluruh aktivitasnya lumpuh,” kata Nofrizal.