TEMPO.CO, Jakarta - Rencana kenaikan cukai rokok sebesar rata-rata 23 persen mulai 1 Januari 2020 telah menjadi sentimen negatif bagi emiten rokok. Hal ini tercermin dari harga saham produsen rokok yang melemah cukup tajam pada awal perdagangan pekan ini.
Menanggapi fenomena ini, Bahana Sekuritas menilai harga saham rokok masih berfluktuasi hingga Oktober seiring dengan rencana kenaikan tarif cukai dan harga jual eceran rokok tahun depan yang di luar perkiraan pasar.
Analis Bahana Sekuritas Giovanni Dustin menilai, rencana kenaikan tarif cukai ini cukup mengejutkan pelaku pasar karena merupakan kenaikan cukai tertinggi dalam 10 tahun terakhir. Namun, ini sebenarnya bisa dimengerti karena pemerintah tidak menaikkan tarif cukai pada tahun ini.
Dalam hitungan sementara Bahana, dengan rencana kenaikan rata-rata tarif cukai sebesar 23 persen, produsen rokok akan membebankan kenaikan tersebut kepada konsumen dengan menaikkan harga jual rata-rata sekitar 16 persen - 18 persen.
Dengan rencana kenaikan ini, Bahana menilai PT Gudang Garam Tbk. akan sedikit lebih sulit membebankan seluruh beban kenaikan cukai ini kepada konsumennya karena produksi rokoknya masih lebih didominasi oleh rokok untuk kalangan menengah-bawah.
Sementara itu, PT HM Sampoerna Tbk. akan sedikit lebih leluasa menaikkan harga rokoknya karena portfolio produk rokok yang lebih berimbang. “Saat ini harga saham rokok secara valuasi sudah cukup atraktif, namun tekanan dan ketidakpastian masih akan ada hingga pemerintah mengeluarkan PMK detailnya,” katanya.
Karena itu, Bahana memberi rekomendasi beli atas saham HM Sampoerna dengan target harga Rp4.150 per saham sebagai pilihan terbaik. Sebab, produksi rokok HMSP lebih beragam sehingga lebih leluasa dalam menyesuaikan harga. Emiten bersandi saham HMSP ini juga memiliki cashflow yang lebih sehat untuk menopang dividen.
Rekomendasi beli juga diberikan kepada saham GGRM dengan target harga Rp90.200 per saham. Keputusan pemerintah menaikkan tarif cukai yang cukup mengejutkan pasar untuk mengurangi konsumsi rokok nasional dan meningkatkan kesehatan masyarakat, mengurangi rokok ilegal serta mendorong kenaikan pendapatan negara.
Pada perdagangan sesi I Kamis hari ini, mayoritas saham emiten rokok ditutup melemah. Saham HMSP ditutup melemah 0,42 persen ke level Rp2.360, sedangkan saham GGRM melemah 0,14 persen ke level Rp55.350.
BISNIS