TEMPO.CO, Jakarta - Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto memprediksi Bank Indonesia (BI) akan kembali menurunkan BI 7 Days Reverse Repo Rate (BI7DRRR) sebesar 25 basin points (bps) menjadi 5,25 persen. Penurunan suku bunga acuan ini diprediksi juga berlaku untuk lending facility dan deposit facility rate.
"Hal ini mempertimbangkan ekspektasi inflasi yang rendah dan arah gerakan suku bunga acuan di sejumlah negara yang menurun. Bahkan ada yang negatif, termasuk penurunan GWM [giro wajib minimum] dan kebijakan quantitative easing," ujar Ryan, Rabu 18 September 2019.
Menurut Ryan, penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia, lending facility rate, dan deposit facility rate diperlukan dalam rangka memberikan stimulan bagi perbankan. Juga untuk meningkatkan ekspansi kredit seiring dengan melonggarnya likuiditas bank.
"Kalaupun RDG [rapat dewan gubernur] BI belum akan menurunkan BI rate di RDG besok, maka terbuka peluang RDG BI untuk mengeluarkan kebijakan makroprudensial untuk membantu melonggarkan likuiditas bank," ujar Ryan.
Kebijakan makroprudensial yang bisa diterapkan antara lain merelaksasi ketentuan GWM serta merelaksasi aturan tentang RIM yang menstimulasi suku bunga simpanan bergerak turun.
Ryan berpendapat bahwa BI bisa memilih antara menurunkan suku bunga acuan atau relaksasi dua kebijakan makroprudensial sebagaimana yang telah disebutkan di atas.
Bank Indonesia, kata Ryan, masih memiliki ruang yang cukup untuk menurunkan suku bunga acuan BI7DRRR sekaligus melonggarkan GWM dan RIM. Hal ini mengingat bahwa keputusan BI dalam RDG masih dibayangi faktor eksternal seperti perang dagang, Brexit, hingga faktor geopolitik.
BISNIS