TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi merespons ihwal PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. yang menghentikan layanan penerbangan di Bandara Internasional Jawa Barat atau BIJB Kertajati. Budi melihat memang ada beberapa maskapai yang menghentikan layanan, namun ada juga yang justru menambah layanan.
"Lion menambah beberapa penerbangan ke Batam, Air Asia juga tambah. Gapapa, ini kan suatu pasar. Kami bebaskan mereka untuk melakukan," kata Budi saat ditemui di Monumen Nasional, Jakarta, Rabu, 18 September 2019.
Dia yakin Kertajati akan punya potensi yang luar biasa, apalagi Patimban sebentar lagi selesai pembangunannya.
Sebelumnya, maskapai PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk sejak bulan lalu menghentikan layanan di bandara internasional itu. VP. Corporate Secretary PT. Garuda Indonesia (Persero) Tbk, M. Ikhsan Rosan mengatakan penghentian layanan itu, karena pertimbangan komersial.
"Commercial," kata Ihksan saat dihubungi soal pertimbangan Garuda menghentikan layanan, Rabu, 18 September 2019.
Dia mengatakan akan mengecek soal keterisian rata-rata penerbangan Garuda di bandara internasional itu. "Aku coba cek ya," ujarnya.
Garuda, kata dia, berpotensi akan menghadirkan layanan kembali di Kertajati. Apalagi ketika akses Cisumdawu sudah rampung. "Kalau trafik membaik kami akan buka lagi," ujar Ikhsan.
Kemarin, Airport Operation and Performance Group Head, PT Bandar udara Internasional Jawa Barat atau BIJB, Agus Sugeng Widodo mengatakan maskapai Garuda Indonesia menghentikan layanannya di bandara Kertajati, Majalengka.
Agus mengatakan Garuda menghentikan satu-satunya rute penerbangannya dari Kertajati, menuju Denpasar, sejak awal Agustus 2019. Sebelumnya, pada akhir Juli 2019, Citilink menyetop seluruh lyanan penebangannya, yang berjumlah 5 rute penerbangan di Kertajati. “Itu kebijakan internal mereka, kita tidak mungkin ikut campur. Kita menghargai keputusan itu,” kata dia.
Menurut dia, load-factor Garuda, diklaimnya relatif masih bagus selepas berpindah dari bandara Husein Sastranegara di Bandung, ke Kertajati. “Kalau dibandingkan dengan waktu di Bandung, tidak jauh bereda. Bahkan kita lebih tinggi sedikit,” kata dia.
Hengkangnya Garuda, kata dia, memiliki pengaruh. “Terutama penumpang VVIP yang ingin mendapat layanan full service, tidak ada lagi sekarang. Ini kan LCC (low cost carrier) semua,” ujar Sugeng.
Agus mengatakan, dengan hengkangnya Garuda menyusul Citilink, jumlah penumpang yang bepergian dari bandara Kertajati anjlok hampir seribu penumpang seharinya. “Rata-rata penumpang sehari antara 2.500 sampai 3 ribu orang. Waktu masih ada Citilink dan Garuda, kita sampai 3-4 ribu sehari,” kata dia.
Agus mengatakan, dengan berhentinya Garuda, tersisa Lion Air dan Air Asia yang masih melayani penerbangan di bandara Kertajati. Lion Air dengan 10 rute penerbangan, dan Air Asia 2 rute penerbangan. Load-factor dua maskapai tersebut, diklaimnya bagus. “Rata-rata masih load factornya di atas 60 persen. Masih bagus,” ujarnya.
AHMAD FIKRI