TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Bank Dunia (World Bank) David Malpass menyatakan pertumbuhan ekonomi global akan lebih lambat dari yang diperkirakan. Tumpukan utang dengan yield negatif menjadi indikatornya.
“Perlambatan pertumbuhan global berbasis luas. Perkembangan terbaru mengisyaratkan ekspansi dunia tahun 2019 kemungkinan akan meleset dari proyeksi Bank Dunia pada Juni sebesar 2,6 persen,” ungkap Malpass dalam sebuah pidato di Washington pada Selasa, 17 September 2019.
“Tingkat pertumbuhan nominal tampaknya akan melambat menjadi kurang dari 3 persen, suatu kekecewaan yang besar dari laju sekitar 6 persen pada 2017 dan 2018,” katanya.
Menurut Malpass, obligasi bernilai sekitar US$15 triliun dengan yield nol atau negatif menunjukkan bahwa investor menerima premis pasar atas return yang sangat rendah atau bahkan negatif selama bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun.
“Modal beku ini menyiratkan pertumbuhan lebih lambat di masa depan,” tuturnya.
Komentar Malpass di Washington, pidato penting pertamanya di depan publik sejak menjabat pada April, disampaikan ketika prospek ekonomi global meredup menjelang pertemuan tahunan Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) bulan depan.
IMF dikabarkan tengah bersiap untuk memperbarui proyeksi pertumbuhannya dalam World Economic Outlook terbaru, setelah menurunkan proyeksi pada Juli menjadi 3,2 persen tahun ini.
Selain perlambatan Cina, perlambatan global terlihat dalam penurunan yang substansial di Argentina, India, dan Meksiko, ditambah kondisi yang mengecewakan di seluruh negara berkembang.
“Beberapa bagian di Eropa berada dalam resesi atau mendekatinya, dengan Jerman dan Inggris mengalami kontraksi pada satu kuartal, sementara Italia dan Swedia telah mengalami stagnasi selama beberapa kuartal,” ujar Malpass.
Sementara itu, sejumlah besar modal yang terkunci dalam obligasi ber-yield rendah dengan tingkat investasi modal yang secara historis kurang bergairah menyiratkan bahwa pertumbuhan, terutama di negara-negara berkembang, akan tetap lambat karena stok modal saat ini memburuk. “Itu tantangan bagi Bank Dunia,” kata Malpass.
Bank-bank sentral di seluruh dunia telah bergulat menghadapi pertumbuhan yang lebih lemah karena perang perdagangan AS-Cina menambah ketidakpastian untuk konsumen dan bisnis.
Pada Juli, bank sentral AS Federal Reserve merujuk pada implikasi perkembangan global terhadap prospek ketika memangkas suku bunga untuk pertama kalinya dalam satu dekade.
Para pembuat kebijakan The Fed diperkirakan kembali memangkas suku bunganya dalam pertemuan kebijakan yang berakhir Rabu (18/9) waktu setempat.
BISNIS