TEMPO.CO, WONOGIRI — Volume air di lahan genangan Waduk Gajah Wonogiri terus menyusut pada musim kemarau kali ini.
Kawasan genangan yang mengering itu menampakkan pemandangan di dasar waduk. Ada jalan yang bisa dilintasi dan memperpendek jarak antara Eromoko—Baturetno.
Tak hanya itu, surutnya air waduk tersebut juga memperlihatkan lagi bekas perkampungan yang ditenggelamkan termasuk bekas kuburan. Bekas kuburan bisa ditemui di banyak lokasi genangan mulai dari Wuryantoro, Baturetno, hingga Nguntoronadi yang terkenal dengan sebutan Betal Lawas.
Pantauan Solopos.com di salah satu lokasi bekas makam di Kecamatan Wuryantoro, Sabtu 14 September 2019, lokasi makam itu cukup mudah dijangkau. Dari perempatan Pasar Wuryantoro masuk ke jalan samping pasar ke selatan.
Sampai di ujung dan masuk ke lahan genangan yang surut itu tampaklah bekas makam di Dusun Pondok, Kelurahan Wuryantoro. Saat itu, Pondok menjadi bagian dari Wuryantoro.
Kini, wilayah itu masuk ke Desa Sumberejo. Namun, proyek Waduk Gajah Mungkur menenggelamkan dusun itu. Setengah warganya ikut transmigrasi dan sisanya memilih bergeser 3 kilometer ke kampung sebelahnya.
Nama kampung itu Dusun Pondoksari, Desa Sumberejo, Wuryantoro. “Dulu simbah-simbah saya sempat dimakamkan di sana, tapi sama keluarga terus dipindah ke pemakaman baru sekitar 1 kilometer lebih dari lokasi makam ini. Pemindahan itu karena ada proyek waduk,” kataSudiyatmo, 52, warga Pondoksari, Sumberejo, Wuryantoro, Sabtu 14 September 2019.
Dia menuturkan di dekat permakaman Pondoksari masih ada beberapa makam lain yang berdekatan. Hal itu lantaran kawasan itu dulunya bekas perkampungan. Saat kemarau, makam itu biasanya muncul ke permukaan.
Kondisinya beragam ada yang masih utuh ada pula yang tinggal batu-batu nisan berserakan. “Sangat jarang ada keluarga yang ziarah ke sini. Mungkin sudah pada transmigrasi. Sebagian makam juga ada yang dipindahkan meski ada pula yang dibiarkan,” ujar Sudiyatmo.