TEMPO.CO, Seoul - Harga minyak melonjak di perdagangan Asia pada Senin pagi, 16 September 2019, mencapai level tertinggi sejak Mei pada pembukaan, di tengah kekhawatiran gangguan pasokan menyusul serangan terhadap fasilitas minyak Arab Saudi, Saudi Aramco, pada Sabtu yang memotong lebih dari lima persen pasokan minyak global.
Patokan internasional minyak mentah berjangka Brent terangkat US$ 7,06 per barel atau 11,7 persen dari penutupan New York pada Jumat (13/9/2019) menjadi US$ 67,28 per barel pada pukul 01.08 GMT (08.08 WIB), setelah melonjak lebih dari 19 persen ke tertinggi sesi US$ 71,95 per barel pada pembukaan.
Patokan AS, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) melompat US$ 5,76 per barel atau 10,5 persen menjadi diperdagangkan di US$ 60,60 per barel, setelah melonjak lebih dari 15 persen ke tertinggi sesi di US$ 63,34 per barel.
Harga berkurang dari puncaknya setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan ia menyetujui pelepasan minyak dari Cadangan Minyak Strategis AS (SPR) jika diperlukan dalam jumlah yang akan ditentukan karena serangan terhadap fasilitas Arab Saudi.
Raksasa minyak negara Saudi Aramco mengatakan serangan itu memangkas produksi sebesar 5,7 juta barel per hari, pada saat Aramco sedang mencoba untuk mempersiapkan diri untuk apa yang diharapkan menjadi penjualan saham terbesar di dunia.
Aramco tidak memberikan batas waktu untuk dimulainya kembali produksi. Sebuah sumber yang dekat dengan masalah ini mengatakan kepada Reuters bahwa kembali ke kapasitas minyak penuh bisa memakan waktu "minggu, bukan hari."