TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia Suwandi Wiratno mengatakan peningkatan pembiayaan di Indonesia timur didorong oleh produksi nikel oleh smelter yang baru beroperasi.
“Indonesia timur penghasilannya nikel cukup besar, kopi juga. Namun, memang pertumbuhan itu tidak merata jadi secara nasional pertumbuhannya masih tidak cukup baik. Kalau (dampak) infrastruktur proyeknya dari ujung barat sampai timur juga ada,” katanya saat dihubungi Bisnis, Minggu, 15 September 2019.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), piutang pembiayaan di wilayah Indonesia timur tumbuh 12,01 persen menjadi Rp 46,36 triliun per Juli 2019, dari sebelumnya Rp 41,39 triliun pada Juli 2018. Pembiayaan di Indonesia timur memang masih minim, yakni 8,93 persen dari total piutang pembiayaan di Indonesia dan luar negeri.
Suwandi yakin pertumbuhan pembiayaan di Indonesia timur yang cukup signifikan ini bakal mendorong pertumbuhan di sektor lainnya seperti kendaraan penumpang.
“Kami harus lihat dari waktu ke waktu apakah ke depannya terus prospek. Ini tergantung regulasi apa yang cukup memberikan relaksasi atau memberi manfaat di sana,” katanya.
Direktur Utama PT Mandiri Utama Finance (MUF) Stanley S. Atmadja mengatakan MUF masih fokus menggarap pasar Indonesia barat. Hal ini terlihat dari konsentrasi sebaran distribusi MUF, khususnya untuk jaringan kantor, masih lebih banyak di Indonesia bagian barat.
Hal ini disebabkan pengembangan jaringan di Indonesia bagian timur baru mulai dikembangkan pada awal tahun 2018.
“Namun demikian, Indonesia bagian timur memiliki potensi yang besar untuk pengembangan industri otomotif mengingat pemerintah sudah memulai untuk pembangunan infrastruktur untuk Indonesia bagian timur,” katanya.
MUF belum berencana untuk mengembangkan kantor cabang di Indonesia timur, lantaran ekspansi lebih ke arah intensifikasi, bukan ekstensifikasi. Saat ini, MUF telah menyebar kantor cabang di Indonesia timur di dua wilayah seperti Bali dan Sulawesi.
BISNIS