TEMPO.CO, Jakarta - Pasar perdagangan akan berfokus dan menunggu-nunggu rilis data produksi industri manufaktur Cina. Ekonom di seluruh Asia Pasifik juga akan menganalisis data produksi Cina itu, serta efektivitas insentif suku bunga kredit yang diberikan oleh pemerintah negeri tirai bambu.
"Survei Purchasing Manager's Index (PMI) Caixin terbaru menunjukkan pembaruan pompa fiskal telah memberikan dukungan aktivitas manufaktur [China]. Investor juga akan memantau suku bunga pinjaman acuan baru sebagai arahan bunga pinjaman perbankan," kata Principal Economist IHS Markit Bernard Aw dalam keterangan resmi yang diterima Bisnis, Sabtu 14 September 2019.
Aw menambahkan, hal yang akan menjadi sorotan utama ekonom se-Asia adalah angka perdagangan dari Jepang, Thailand, Singapura, dan Taiwan. Selain itu, Selandia Baru juga akan merilis pertumbuhan domestik bruto kuartal II/2019.
Karena itu, hasil pertemuan bank-bank sentral di Asia Pasifik akan menjadi perhatian utama pasar. Termasuk analis dan investor, sepanjang pekan depan .
Menurut Aw, langkah Bank of Japan (BOJ) untuk menerapkan stimulus baru seperti suku bunga negatif yang lebih dalam maupun reverse twist operation juga akan menjadi perhatian. Walaupun PMI Jepang pada Agustus 2019 menunjukkan adanya pertumbuhan aktivitas pertambangan, Aw menilai sub-indeks PMI lainnya akan mempertanyakan kekuatan pertumbuhan tersebut.
Di Indonesia, Bank Indonesia (BI) diprediksi masih akan memantau dengan seksama langkah The Fed berikutnya, selain tetap menjaga stabilitas rupiah. Aw menyampaikan, pemerintah perlu mempertimbangkan apakah penurunan suku bunga acuan diperlukan pada Rapat Dewan Gubernur (RDG) selanjutnya.
BISNIS